Kamis, 07 Maret 2013 0 komentar

HIKAYAT PUTRI KEMARAU




Opening :
Cerita dalam adegan ini dimulai dengan sebuah tarian yang menggambarkan malapetaka dari sebuah negeri. Beberapa orang masuk membawa peralatan panen, beberapa lagi diantaranya bergerak (tari) menyerupai ngengat (hewan perusak tanaman). Musik sangat mencekam, para petani ingin memanen padinya kecewa ketika melihat seluruh tanamannya hancur.
Beberapa saat kemudian musik berubah menegangkan, tampak seorang perempuan dikejar-kejar beberapa lelaki. Perempuan itu akan di tumbalkan pada dewa, agar malapetaka yang melanda negeri segera berakhir. Perempuan itu sangat ketakutan, ia berlari kesana kemari menghindari para lelaki yang akan menangkapnya, meski pada akhirnya ia tertangkap juga.
Bagian Pertama
Seorang lelaki berdiri diatas sebuah singgah sana, hatinya meracau, jiwanya keluh. Batinnya berperang dengan sengit. Seorang peramal terus-terusan merapal doa-doa tanpa henti. Asap dupa menyeruak mengisi ruang. Perdana Menteri coba menenangkan Raja.
Perdana Menteri
Baginda...saya rasa sebaiknya beristirahat dulu.
Raja
Aku tidak dapat beristirahat dengan tenang perdana menteri. Malapetaka terus bergentayangan menghantui negeri ini. Kepergian permaisuri menghadap dewata, begitu membuatku kalut. Dan sekarang kegagalan panen serta kelaparan akibat kemarau yang berkepanjangan, telah menyayat jantungku. Setengah mati aku memikirkannya. Entah esok malapetaka apa lagi yang akan menghantui negeri ini.
Perdana Menteri
Semua ini adalah ujian yang diberikan oleh dewata pada baginda, percayalah bahwa disetiap kesulitan yang digariskan alam tentu ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Raja
Aku mengerti itu perdana menteri, tapi harus sampai kapan malapetaka itu menggerogoti hidupku. Aku gemetar membayangkan malapetaka yang jauh lebih menakutkan. Peramal, apa yang kau lihat tentang masa depan negeri ini?

Peramal
Menurut penglihatan mata batin hamba, malapetaka masih akan menghantui negeri ini. Kita harus segera melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala murka.
Raja
Aku telah memerintahkan para hulubalang untuk mengumpulkan gadis-gadis yang akan di jadikan syarat upacara itu, kenapa upacaranya belum juga kau lakukan.
Peramal
Baginda, menurut perbincangan batin saya dengan para dewata kala murka. Syarat utama dalam upacara itu adalah gadis belia yang masih suci dan iklas menjadi tumbal dalam upacara itu.
Perdana Menteri
Tapi peramal, sebanyak gadis yang ditangkap oleh para hulubalang, tidak seorang pun yang iklas menjadi tumbal upacara itu.
Peramal
Harus segera didapatkan, jika malapetaka dinegeri ini mau berakhir.
Perdana Menteri
Tetapi pencarian itu telah menyebabkan kekacauan, para rakyat semakin terdesak dan ketakutan.
Peramal
Masalah ini silahkan perdana menteri tanyakan langsung pada baginda raja, karena pada akhirnya upacara ini akan dilakukan atas izin baginda pula.
Raja
Perdana menteri aku cukup mengerti arah bicaramu, sebagai seorang raja melindungi segenap rakyat adalah tanggung jawabku. Tetapi dalam perkara ini aku di tuntut untuk memutuskan sesuatu yang sangat berat bagiku. Oleh karena itu aku memilih malapetaka ini harus segera berakhir, denegan cara apapun.
Perdana Menteri
Termasuk dengan cara menumbalkan gadis suci?
Raja
Mau tidak mau aku harus melakukannya, meski aku tahu itu melanggar tanggung jawabku sebagai raja.
Perdana Menteri
Peramal, coba pandangan batinmu buka sekali lagi. Kau lihat dengan lebih teliti, mungkin saja kau salah.
Peramal
Perdana Menteri, hamba tidak akan berani sembarang bicara. Apalagi untuk permasalahan yang menyangkut kebijakan raja. Telah tujuh purnama hamba bertanya pada dewata kala, tetapi jawabannya selalu sama.
Raja
Perdana Menteri malapetaka di negeri ini harus di akhiri, segala cara akan aku lakukan meski harus menumbalkan seorang dari bagian negeri ini. Peramal, ikut aku keruang tawanan. Aku sendiri yang akan meminta keiklasan dari gadis-gadis yang kita tawan.

Bagian Kedua
Putri Rindang Kencana sedang membicarakan keadaan yang terjadi dalam negeri pada Dayang kepercayaan.
Putri Rindang Kencana
Telah tiga belas purnama berlalu, tetapi petaka yang membungkus negeri ini enggan minggat. Apakah dosa-dosa pemimpin negeri ini yang begitu hitam hinggah dewata menghukum kita.
Dayang
Putri, sudah hampir gelap.
Putri Rindang Kencana
Aku memang menunggu gelap yang sempurna Dayang, karena dalam kegelapanlah kita bisa melihat cahaya. Negeri ini sudah terlampau sesak, semua orang berebut ingin terlihat seperti cahaya. Bahkan ayahanda maharaja telah disilaukan cahaya.
Dayang
Kita tidak pernah tahu makna kilatan cahaya. Telah beratus pendekar, pengembara, dan ahli pikir yang mencoba memaknai cahaya, tapi tidak satupun yang mampu memberi warna.
Putri Rindang Kencana
Aku akan menghadapi cahaya dan prajurit bayangan yang meski telah berkali-kali kita tikam dengan pisau yang sangat tajam ia tetap tak rebah.

Dayang
Aku tidak paham apa yang bersarang dalam kepala Putri saat ini?
Putri Rindang Kencana
Dayang, keputusan ayahanda Raja untuk melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala murka telah memperparah keadaan negeri ini. Aku akan menghentikannya.
Dayang
Maksud tuanku putri?
Putri Rindang Kencana
Aku telah memikirkan sesuatu, meski sebenarnya aku ragu. Tapi dorongan rasa kemanusiaanku terus bergejolak untuk membebaskan malapetaka yang kian berkecamuk.
Dayang
Tuanku Putri akan menentang Baginda Raja?
Putri Rindang Kencana
Bukan menentang, tapi aku hanya ingin meluruskan benang-benang yang tak terpintal tepat.
Perdana Menteri yang sejak tadi mendengar percakapan Putri Rindang Kencana dan Dayang tiba-tiba muncul, kehadiran Perdana Menteri membuat keduanya terperanjat kaget.
Perdana Menteri
Malapetaka itu sepertinya telah merampas segalanya dari kita. Semua orang mencari-cari, mengembara, menembus lembah-lembah berhantu. Tanpa kita sadari lama-lama kita akan menjelma seperti para hantu.
Putri Rindang Kencana
Perdana Menteri, kau mendengar semuanya?
Perdana Menteri
Maafkan aku Putri, sama seperti malapetaka yang  tiba-tiba memberangus negeri ini, aku pun hadir disini tiba-tiba saja ketika melintas dan mendengar percakapan keras kalian.
Putri Rindang Kencana
Apa kau akan membantu? Atau justru akan memecah semuanya menjadi kepingan debu.
Perdana Menteri
Mengapa kau seperti meragukan keehadiranku?
Putri Rindang Kencana
Karena aku ingin mengakhiri semburat jingga yang sedang membungkus ayahanda raja.
Perdana Menteri
Dayang, bisakah kau membiarkan kami bicara empat mata?
Dayang
Baiklah tuanku, hamba mohon undur diri. ( out )
Perdana Menteri
Aku tak berharap kau melakukan semua yang bersarang dikepalamu saat ini.
Putri Rindang Kencana
Aku tidak tahu kenapa kau datang,  dan untuk siapa kau datang?. Biarkanlah semua mesiu yang aku siapkan di kepala ini meledak seperti yang aku harapkan.
Perdana Menteri
Boleh aku tahu seperti apa rentetan mesiu yang tampak sempurna itu?
Putri Rindang Kencana
Kau tentu tahu tentang kepanikan rakyat atas kebijakan ayahanda raja mengumpulkan gadis-gadis untuk tumbal upacara pemujaan dewata kala. Bagiku itu bukan langkah tepat yang diputuskan ayahanda raja. Aku akan mengakhiri ketakutan itu.
Perdana Menteri
Kau akan mengakhiri semuanya?
Putri Rindang Kencana
Harus. Bukankah menurut peramal istana, malapetaka di negeri ini akan berakhir bila ada tumbal gadis suci yang iklas menjalani upacara. Aku akan mengantikan para gadis itu.
Perdana Menteri
(marah) Rindang Kencana, jangan main-main dengan ucapanmu. Ini menyangkut kehidupan negeri ini.
Putri Rindang Kencana
Kau ini kenapa Perdana Menteri? Apa kau ingin membiarkan malapetaka ini terus berlalu hingga menghapuskan segalanya.

Perdana Menteri
Tentu saja tidak
Putri Rindang Kencana
Apa kau ingin membiarkan rakyat semakin sengsara dengan malapetaka ini?
Perdana Menteri
Tidak
Putri Rindang Kencana
Lantas kenapa kau ingin menutup jalan yang aku lintasi?
Perdana Menteri
Karena aku mencintaimu!
Putri Rindang Kencana
Celaka ! dalam situasi musim yang menakutkan seperti ini kau masih juga memikirkan pribadimu. Bagiku cinta padamu urusan nomor dua, nomor satu adalah cinta pada negeri ini.
Perdana Menteri
Apa kau tidak pedulikan itu?
Putri Rindang Kencana
Semua akan melintasi waktunya. Untuk kepentingan negeri ini, aku titipkan cintaku padamu  sementara pada cakrawala, biarkan ia kelak akan dilukis pelangi bersama hujan yang mucrat dari celah-celah langit bersamaan dengan berakhirnya malapetaka negeri ini.(meninggalkan perdana menteri)
Perdana Menteri
Rindang kencana tunggu, aku belum selesai bicara
Putri Rindang Kencana
Masih ada waktu lain untuk membicarakan tentang kita
Perdana Menteri
                                     (mengejar) Rindang Kencana..Tungguuuuuuu...                


Bagian Tiga
Raja dan Peramal mendatangi tempat tawanan para gadis-gadis yang akan di jadikan tumbal upacara. Tidak seorangpun bersedia menjadi tumbal. Maka Raja menjadi murka.
Raja
Negeri ini sedang sakit. Tanah air ini sedang menderita, malapetaka begitu mencintainya. Negeri ini butuh pahlawan. Maafkan aku rakyatku, semua ini harus aku lakukan. Peramal, apa waktu pelaksaan upacara itu telah datang.
Peramal
Baginda, musim barat telah berlalu. Sekarang sudah masuk dalam hitungan bulan kala. Upacara tolak balak sudah bisa kita laksanakan, semakin cepat kita lakukan maka semakin cepat malapetaka akan menjauh dari negeri ini.
Raja
Baiklah, silahkan kau siapkan upacaranya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Perdana Menteri
Perdana Menteri
Baginda....bagindaaaaaaaa...gawattt
Raja
Kau ini kenapa perdana menteri?
Perdana Menteri
Para gadis-gadis yang ditawan tidak ada ditempatnya, mereka hilang ditelan bumi.
Raja
Apa? Kau jangan bercanda perdana menteri, aku tidak akan segan-segan memotong kepalamu.
Perdana Menteri
Aku sungguh-sungguh baginda. Sepertinya ada orang yang sengaja membebaskan para gadis yang kita tawan.
Raja
Peramal, apa yang sebenarnya terjadi. Malapetaka apa lagi ini?


Peramal
Baginda, dari pandangan mata batin saya, memang betul ada orang yang dengan sengaja membebaskan para gadis itu.
Raja
Kurang ajar, siapa yang berani mengacaukan segala rencanaku. Perdana menteri, kau siapkan seratus hulubalang, tangkap siapapun orang yang berani menentangku.
Tiba-tiba Putri Rindang Kencana muncul dengan sangat bijaksana
Putri Rindang Kencana
Tidak perlu mengelurkan ratusan hulubalang untuk menangkap orang itu, ayahanda. (move) (berbicara dengan tenang) orang yang kalian cari ada di hadapan kalian.
Raja
Rindang Kencana, apa maksudnmu dengan semua ini?
Putri Rindang Kencana
Aku hanya tidak ingin ayah menumbalkan rakyat dalam bencana negeri ini. Seorang pemimpin seharusnya melindungi rakyat, bukan menyengsarakan rakyatnya seperti yang dilakukan banyak pemimpin negeri ini.
Raja
Rindang kencana, kau berani menentang ayahmu?
Putri Rindang Kencana
Bukan menentang, aku hanya ingin ayahanda lebih bijak melihat.
Raja
Tapi malapetaka ini harus diakhiri. Aku hanya meminta keiklasan rakyatku untuk tumbal upacara tolak bala.
Putri Rindang Kencana
Tidak seorangpun yang iklas menjadi tumbal, bagaimana mungkin upacara bisa dilaksanakan.
Peramal
Tuan putri, tapi upacara itu harus dilaksanakan.
Putri Rindang Kencana
Upcara akan tetap dilaksanakan
Raja
Bagaimana mungkin upacara akan dilaksanakan bila semua gadis suci yang di tawan telah kau bebaskan.
Putri Rindang Kencana
Aku yang akan menggantikan mereka
Raja
(terkejut) Rindang Kencana, kau jangan main-main. Ini bukan permasalahan ringan.
Putri Rindang Kencana
Aku tidak sedang bermain-main dengan pilihan. Pertanyaannya adalah, apakah ayahanda iklas menjadikan aku tumbal upcara ini?
Raja
Putriku, setelah kepergian ibundamu menghadap dewata, kini tinggal kau satu-satunya orang yang ayah cintai, bagaimana aku bisa iklas menumbalkanmu.
Putri Rindang Kencana
Nah..seperti itu juga yang dirasakan oleh para orang tua yang anak gadisnya akan ayah tumbalkan dalam upacara. sebagai seorang raja, seharusnya ayah lebih memikirkan perasaan rakyat, bukan memikirkan perasaan ayah sendiri. Peramal, siapkan upacaranya. (out)
Raja
Rindang kencana, tunggu
Putri Rindang Kencana
Ini keputusan seorang putri raja, aku ingin ayah mengiklaskannya.
Raja
(meratap) Akhhhhhhhhhhhh...dewata agung, cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, kenapa kau memilih putriku dalam perkara ini.(teriak) jika semua ini karena dosaku..biarkan aku yang menjadi tumbalnya.(mennagis)
Peramal
Baginda...apa permintaan putri rindang kencana dikabulkan, jika baginda mengizinkan maka upacara akan hamba laksanakan.


Raja
Peramal, itu sudah menjadi keputusannya. Dan demi kesejahteraan negeri ini aku iklaskan putriku menjadi tumbal upacara pemujaaan dewata kala. Kau siapkan upacaranya.
Peramal
Baik baginda.

Atas izin Raja, upacara tola bala dilakukan. Satu persatu penari muncul dengan gerakan teatrikal, mereka membawa orang-orangan sawah yang dibuat dari ilalang kering. Beberapa penari lainnya membawa sesaji.
Dibagian lain, Putri Rindang Kencana muncul dengan sikap yang anggun dari kumpulan penonton. Peramal tampak siap dengan mantra-mantranya, berkeliling panggung sambil menaburkan bebungaan. Dengan sangat yakin Putri Rindang Kencana berjalan menuju altar suci.
Beberapa penari membuat komposisi gerak menyerupai orang-orang yang memuja, para penari lelaki berkeliling membawa api obor. Lalu Putri Rindang Kencana masuk kedalam api.

SEELESAI

Dipentaskan Oleh Life Skill Teater SMA -LTI IGM Palembang
dalam Festival Seni Se Sumatera Selatan
Graha Budaya,22-23 2013 

 
;