Drama
Singkat SMA LTI – IGM
TEBU
Karya : Ical
Wrisaba
Bagian
Satu
Cerita
dalam drama ini dimulai dengan sebuah tembang batanghari sembilan. Tampang
seorang perempuan sedang menenun songket. Batinnya tampak keluh, hatinya
meracau.
JAMILA
Kalau
saja kau masih ada, tentu ibu tidak akan seperti sekarang, Nak. Bukankah kau
pernah berjanji akan selalu bersama ibu sampai kapan pun. Tetapi kenapa kau
pergi bersama waktu, dan meninggalkan ibu sendiri disini. Pulang..Pulanglah
Nak.
Tampak
Jaudin di Muka pintu memperhatikan tingkah laku istrinya.
JAUDIN
Mengingat
sesuatu yang sudah pergi hanyalah pekerjaan sia-sia. Luka akan semakin memborok
dalam ingatanmu.
JAMILA
Aku
hanya merasa tidak adil, kenapa begitu cepat. Aku belum sempat membesarkannya.
JAUDIN
Setiap
manusia boleh berencana apa saja, tapi setiap manusia tidak ada yang pernah
tahu rencana Tuhan. (move) aku harus berangkat !
JAMILA
Kau
sungguh-sungguh akan pergi.
JAUDIN
Iya,
aku harus pergi menuju para gerombolan hantu dan menebasnya satu persatu.
JAMILA
Kalau
kau pergi, berarti aku sendiri disini.
JAUDIN
Hanya
sebentar
JAMILA
Kau
jangan pergi
JAUDIN
Kenapa
jangan?
JAMILA
Pokoknya
jangan pergi !
JAUDIN
(
keras )
Aku
harus mengakhiri semua kebusukan para hantu, aku harus mengembalikan tanah
leluhur kita yang mereka rampas. ( penuh dendam ) Mereka sudah cukup lama
memeras keringat kita dan mengekspornya keluar negeri.
JAMILA
Aku
mohon jangan pergi. Sama seperti kepergian Jaka 1 bulan lalu, aku merasakan
firasat yang sama hari ini.
JAUDIN
Itu
hanya perasaanmu saja. Percayalah, aku pasti kembali. ( turun dari tangga )
JAMILA
(teriak)
Tunggu.
( Jaudin berbalik arah melihat pada istrinya di atas garang rumah ) ( menuju
Jaudin ) selendang songket ini baru selesai ku tenun semalam, kainnya masih
belum selesai. Bila kau pulang, aku ingin kau memakai kainnya dan kau
kembalikan selendangnya kepadaku.
JAUDIN
Aku
janji, aku berangkat sekarang bersama warga lainnya. Selamat tinggal. ( out )
Jamila
melepaskan kepergian suaminya dengan snagat terpaksa, lelehan kegalauan
mengalir dari dua buah kristal matanya.
Bagian
Kedua
Seorang
perempuan dengan dandanan Necis lengkap dengan gedget mewahnya muncul dengan
ekpresi kemarahan. Seorang lelaki kepercayaan perusahaan tertunduk, dua orang
petugas bayaran mengawal ketat sang pimpinan.
NYONYA LIE
Direktur
pelaksana saya sangat menyayangkan atas kejadian ini, dan saya sangat muak
dengan orang-orang goblok yang berteriak-teriak di luar sana. Dasar warga
keparat.
DIREKTUR
PELAKSANA
Maafkan
atas kegagalan saya mengatasi persoalan ini Nyonya. Tapi saya bernjanji akan
memperbaikinya di waktu depan.
NYONYA LIE
Saya
tidak suka dengan janji. Saya butuh realita. Kamu sangat jelas sudah gagal
mengandalikan situasi.
DIREKTUR
PELAKSANA
Nyonya,
saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah kejadian ini agar tidak
terjadi. Semua kepala daerah sudah saya tutup, para petugas keamanan sudah saya
sewa. Tapi rupanya semua warga dari setiap dusun bersatu padu membuat kekuatan.
Maka terjadilah aksi pembakaran aset perusahaan di gudang barat.
NYONYA
LIE
Semua
yang kamu ucapkan itu omong kosong, kerja kamu tidak becus, dan saya menyesal
memelihara orang goblok seperti kamu. Atas kejadian ini, setiap hari perusahaan
merugi 1 milyar lebih akibat terhambatnya ekspor. Saya semakin tidak mengerti
tentang keinginan para warga bajingan itu.
DIREKTUR
PELAKSANA
Maaf
nyonya, sedikit saya ulas kembali tentang keinginan masyarakat. Mereka ingin
agar kita mengembalikan hak guna tanah mereka, dan bila perusahaan tetap ingin
menggunakan maka perusahaan wajib membayar sewa tanah.
NYONYA
LIE
Membayar
sewa? Tahu apa mereka tentang hak guna lahan. Seharusnya mereka bukan datang
kemari dan menghancurkan semua aset, mereka harus menemui dan tanyakan langsung
pada pemimpin mereka sendiri, karena perusahaan ini telah melunasi semua hak
atas tanah mereka.
DIREKTUR
PELAKSANA
Nyonya
warga dengan keras menolak pembebasan lahan mereka, karena menurut mereka
pernah mereka menandatangani surat pembebasan lahan ataupun ganti rugi atas hak
guna lahan.
NYONYA
LIE
Saya
heran, sejak kapan orang-orang kampung itu mengerti tentang hak guna lahan.
Saya yakin pasti ada orang yang bergerak di belakang mereka. Oleh karena itu
saya ingin kamu segera menangkap siapa orang itu dengan cara apapun.
DIREKTUR
PELAKSANA
Semua
perintah akan segera dilaksanakan
NYONYA
LIE
Hey
petugas goblok, kalian itu saya bayar untuk mengamankan aset perusahaan ini.
Saya minta bekerjalah dengan profesional, paham!
PETUGAS
Sangat
paham nyonya, setiap waktu kami selalu melakukan patroli kesemua areal perkebunanan.
Kami juga telah merampas kembali pupuk dari rumah-rumah warga yang meraka curi.
NYONYA
LIE
Bagus,
jangan takut menggunakan senjata kalian untuk menakuti warga. Saya sudah bayar
mahal pada pemimpin kalian.
PETUGAS
Baik
nyonya, semua perintah akan di laksanakan.
NYONYA
LIE
Saya
ingin semua masalah segera selesai dengan cara apapun, bila perlu kalian tembak
saya warga itu, biar semuanya kabur. Saya akan kembali, silahkan kalian
lanjutkan tugas. Permisi.
Bagian
Ketiga
Jaudin
muncul dari sebelah kanan panggung, skelebat bayangan hitam muncul dari sisi
kiri panggung.
BAYANGAN
Kau
tak akan bisa menembus pasukan bayangan, menyerahlah sebelum pedang dan ratusan
peluru menembus tubuhmu.
JAUDIN
Kau
diciptakan sebenarnya untuk siapa? Dan kenapa kau terus-terusan menghunus
sejata kepada kami. Aku akan terus berdiri disini, sampai tanah leluhur kami di
kembalikan. Aku tidak akan menyerah, meski pedang dan ratusan peluruh akan
membuatku rebah ke bumi.
BAYANGAN
Manusia
goblok, rupanya kau ingin jadi pahlawan di tengah badai. Baik aku akan
mengabulkan keinginanmu. Bersiiaplah kau menemui para leluhurmu.
JAUDIN
Majulah..
Bayanagn
dan Jaudin berada dalam posisi siap, lalu keduanya slaing menyerang. Dua
bayangan lauinnya muncul. Jaudin semakin terdesak, luka-luka di tubuhnya
membuat ia lemah. Jaudin menyelamatkan diri, para bayangan mengejarnya.
Jamila
berdiri diatas garang menanti Jaudin suaminya pulang dari demonstrasi.
Pandangannya kesegala arah, mencari-cari bayangan Jaudin pulang. Tapi tak ada,
bahkan aroma tubuhnya pun tak sampai terbawa angin. Jamila pilu, batinya
meracau. Ketakutannya semakin menjadi
JAMILA
Sudah
senja, tapi bayanganmu sekalipun belum juga kembali. Aku sudah bilang padamu
jangan pergi, tapi kau tetap saja berangkat dan ingin jadi pendekar. (move) (
jamila turun ke bawah rumah ) kau sebenarnya ke tepian mana, apa kau tersesat
hinggah lupa jalan pulang?. Kain songketnya sudah selesai.
Sebuah
tembang terdengar sangat lirih, menusuk hati. Jamila termenung seorang diri.
“
dibatas ambang jiwa
Menanti
sebuah hati
Ditengah
musim badai...ia telah pergi jauh.
.ia
telah pergi dan belum kembali, pulang”
Seorang
warga masuk membawa tubuh Jaudin yang bersimbah darah. Jamila terperanjat.
WARGA
Jamila...cepat
kemari, Jaudin terluka.
JAMILA
(teriak)
Celaka,
firasat itu datang hari ini.
JAUDIN
(sekarat)
Jamila..aku
telah pulang.
JAMILA
Sudah
aku bilang jangan pergi, tapi kau tetap menuju medan perang.(pada warga)
katakan padaku apa yang terjadi?
WARGA
Kami
di serang pasukan bayangan ketika pemberonatkan ke PTPN. Kami di kejar-kejar
pasukan bayangan.
JAMILA
(
mengambil pedang )
JAUDIN
(sekarat
)
Mau
kemana?
JAMILA
Aku
akan menebas pasukan bayangan yang telah membuatmu terluka, sudah cukup kita di
sengsarakan perusahaan.
WARGA
Jamila,
kau tidak akan menang melawan anjing-anjing perusahaan. Tenangkan dirimu,
Jaudin harus segera di selamatkan.
JAMILA
Jangan
halangi aku. Menyingkirlah .
JAUDIN
Jamila...aaakku..akh.
JAMILA
Kau harus bertahan. (pada warga) bantu aku
JAUDIN
Jamila...aku
telah memenuhi janjiku untuk pulang..
JAMILA
Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...
Sebuah
tembang kematian mengalun lirih :
Ku
berjalan menyusuri malam
Merenungi
waktu yang telah pergi
Tiada
kata yang harus disesali
Bahwa
hidup memang harus terjadi
Ku
mendengar suara malam ku meendengar suara hati
Ku
mendengar suara angin ku mendengar suara hati
Sepiiiiiiiiiiiiiiiii...sepiiiiiiiiiiiiiii.....
selesai
Dipentaskan pertama kali oleh Life Skill Teater SMA-LTI IGM Palembang
pada kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional 2013
pada kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional 2013
Tentang
Naskah :
Tebu merupakan sebuah
drama singkat yang mengangkat konflik masyarakat Ogan Ilir dengan PTPN 7.Tahun
1985 Bupati Bengkulu Selatan (Murman Affandy, saat itu Seluma masih menginduk
pada Bengkulu Selatan) mendatangi masyarakat Desa Pering Baru, Desa Ujung
Padang, Tinju Layang, Padang Batu, Taba, Tebat Sibun, dan Desa Suka Bulan. Pada
pertemuan itu bupati menjelaskan bahwa wilayah warga tersebut akan dijadikan
wilayah perkebunan PTPN VII.
Dalam penjelasan tersebut, bupati menekankan tanah yang boleh digarap oleh PTPN VII adalah padang ilalang dan hutan yang tidak digarap warga. Saat itu di sanggupi oleh PTPN VII. Namun pada perkembangan berikutnya, PTPN VII mencaplok semua tanah milik warga setidaknya 518 hektar tanah milik warga diserobot secara paksa dan kekerasan yang melibatkan aparat TNI dan Polri. Tindakan kejam ini, dilakukan dengan cara membuldozer kebun kopi, sawah, milik warga pada malamhari.
Warga yang bersedia memberikan tanah kepada PTPN VII dijanjikan dengan kebun plasma seluas tanah yang diberikan. Namun kenyataannya, banyak warga yang memberikan tanah kepada PTPN VII secara baik-baik tidak mendapatkan janji perkebunan plasma. Kalau pun dapat warga harus membayar tanah tersebut dengan kisaran harga Rp 8 juta dengan jumlah tanah kurang dari yang diserahkan warga.
Selanjutnya, untuk warga yang tidak bersedia menyerahkan tanah kepada PTPN VII, maka digunakanlah aparat kepolisian dan TNI mengancam warga dengan tuduhan, menghambat pembangunan, atau warga dituduh terlibat organisasi terlarang yakni, Partai Komunis Indonesia (PKI). Ditingkatan masyarakat, tuduhan ini sangat ditakuti dan merupakan aib.
Konflik ini banyak merenggut kerugian bagi warga, tidak kurang dari puluhan warga yang ditembak TNI dan Brimob, dan 1 orang meninggal dunia pada tahun 2005.
Perlawanan di tingkat rakyat beragam, beberapa kali mereka menggelar aksi demonstrasi ke PTPN VII menagih janji agar tanah yang telah DIRAMPOK PTPN VII segera dikembalikan. Namun, tuntutan warga dianggap angin lalu saja oleh PTPN VII.
Belum diketahui secara jelas Hak Guna Usaha milik PTPN VII. Namun, dari beberapa sumber didapat bahwa HGU PTPN VII telah habis tahun 2010.
Dalam penjelasan tersebut, bupati menekankan tanah yang boleh digarap oleh PTPN VII adalah padang ilalang dan hutan yang tidak digarap warga. Saat itu di sanggupi oleh PTPN VII. Namun pada perkembangan berikutnya, PTPN VII mencaplok semua tanah milik warga setidaknya 518 hektar tanah milik warga diserobot secara paksa dan kekerasan yang melibatkan aparat TNI dan Polri. Tindakan kejam ini, dilakukan dengan cara membuldozer kebun kopi, sawah, milik warga pada malamhari.
Warga yang bersedia memberikan tanah kepada PTPN VII dijanjikan dengan kebun plasma seluas tanah yang diberikan. Namun kenyataannya, banyak warga yang memberikan tanah kepada PTPN VII secara baik-baik tidak mendapatkan janji perkebunan plasma. Kalau pun dapat warga harus membayar tanah tersebut dengan kisaran harga Rp 8 juta dengan jumlah tanah kurang dari yang diserahkan warga.
Selanjutnya, untuk warga yang tidak bersedia menyerahkan tanah kepada PTPN VII, maka digunakanlah aparat kepolisian dan TNI mengancam warga dengan tuduhan, menghambat pembangunan, atau warga dituduh terlibat organisasi terlarang yakni, Partai Komunis Indonesia (PKI). Ditingkatan masyarakat, tuduhan ini sangat ditakuti dan merupakan aib.
Konflik ini banyak merenggut kerugian bagi warga, tidak kurang dari puluhan warga yang ditembak TNI dan Brimob, dan 1 orang meninggal dunia pada tahun 2005.
Perlawanan di tingkat rakyat beragam, beberapa kali mereka menggelar aksi demonstrasi ke PTPN VII menagih janji agar tanah yang telah DIRAMPOK PTPN VII segera dikembalikan. Namun, tuntutan warga dianggap angin lalu saja oleh PTPN VII.
Belum diketahui secara jelas Hak Guna Usaha milik PTPN VII. Namun, dari beberapa sumber didapat bahwa HGU PTPN VII telah habis tahun 2010.
Bukannya berhenti merampok tanah rakyat, justru
sebaliknya PTPN VII berencana meremajakan kawasan inti mereka, setidaknya 518
hektar tanah warga akan kembali mereka rampok. Terhadap hal ini warga
mengatakan tidak akan memberikan tanah mereka kepada PTPN VII karena mereka
mengaku itulah harta terakhir milik mereka.
Akibat konflik yang berkepanjangan ini menimbulkan beberapa dampak social ekonomi warga:
• Masyarakat setempat terpaksa mengambil sawit di kebun PTPN VII karena tidak memiliki sumber penghidupan. Pernah seorang warga (Pak Sarwan)mengambil sawit dan diproses di polres,dan diajukan ke pengadilan hukum degan hukuman 5 bulan dan mengajukan banding. kejadian ini terulang lagi di tahun 2005 dan ketahuan brimob dan sempat bentrok dengan petugas namun diselesaikan di tempat. 1 orang warga meninggal dunia bernama Khairul warga Desa Pering Baru karena ditembak Brimob ketika mengambil sawit di PTPN VII. 1 orang terluka parah ditembak Brimob.
• Masyarakat pindah ke daerah lain karena tanah warisan sudah dikuasai oleh PTPN VII
• Meningkatnya angka pengangguran, karena tidak adanya lahan untuk masyarakat
• Banyaknya jalan akses masyarakat yang rusak karena rutinitas pengangkutan sawit
•Masyarakat Pring Baru hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar
Terhadap kondisi ini, maka dari itu warga menuntut:
• PTPN VII diminta untuk mengembalikan tanah rakyat yang mereka rampok sejak tahun 1985
• Meminta ganti rugi bagi warga selama PTPN VII mengambil tanah masyarakat
• Menolak perehaban atau peremajaan PTPN VII di tanah rakyat
• Meminta kepolisian untuk menarik aparat brimob yang kerap kali meresahkan warga, dan melanggar SK Kapolri no 11 tahun 2006 tentang Dalmas.
Akibat konflik yang berkepanjangan ini menimbulkan beberapa dampak social ekonomi warga:
• Masyarakat setempat terpaksa mengambil sawit di kebun PTPN VII karena tidak memiliki sumber penghidupan. Pernah seorang warga (Pak Sarwan)mengambil sawit dan diproses di polres,dan diajukan ke pengadilan hukum degan hukuman 5 bulan dan mengajukan banding. kejadian ini terulang lagi di tahun 2005 dan ketahuan brimob dan sempat bentrok dengan petugas namun diselesaikan di tempat. 1 orang warga meninggal dunia bernama Khairul warga Desa Pering Baru karena ditembak Brimob ketika mengambil sawit di PTPN VII. 1 orang terluka parah ditembak Brimob.
• Masyarakat pindah ke daerah lain karena tanah warisan sudah dikuasai oleh PTPN VII
• Meningkatnya angka pengangguran, karena tidak adanya lahan untuk masyarakat
• Banyaknya jalan akses masyarakat yang rusak karena rutinitas pengangkutan sawit
•Masyarakat Pring Baru hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar
Terhadap kondisi ini, maka dari itu warga menuntut:
• PTPN VII diminta untuk mengembalikan tanah rakyat yang mereka rampok sejak tahun 1985
• Meminta ganti rugi bagi warga selama PTPN VII mengambil tanah masyarakat
• Menolak perehaban atau peremajaan PTPN VII di tanah rakyat
• Meminta kepolisian untuk menarik aparat brimob yang kerap kali meresahkan warga, dan melanggar SK Kapolri no 11 tahun 2006 tentang Dalmas.
Sinopsis
Jamila adalah seorang
ibu muda yang baru saja ditinggal mati oleh Jaka anaknya yang tewas tertembak
peluru nyasar petugas keamanan saat terjadi konflik antara masyarakat dan pihak
perusahaan. Untuk membantu ekonomi keluarga, Jamila menenun kain songket. Sejak
kematian Jaka, ia sering termenung dan bicara sendiri.
Jaudin merupakan suami
Jamila, ia bekerja sebagai buruh pabrik gula milik PTPN 7. Kamtian anaknya
akibat peluru nyasar membuatnya beringas. Jaudin ikut bergabung bersama
masyarakat lainnya, mengadakan demo besar-besaran untuk menggugat para pembesar
PTPN mengembalikan tanah rakyat yang telah di kuasai perusahaan selama
bertahun-tahun.
Pada hari yang telah
direncanakan seluruh warga dari semua dusun bergabung dan kembali mendatangi
PTPN serta mendesak pemerintah agar bertanggung jawab atas hak guna lahan serta
mengembalikan lahan kepada rakyat. Jamila melarang Jaudin bergabung bersama
warga, ia mendapat firasat yang sama sebelum Jaka anaknya tertembak. Tapi
Jaudin tetap bersih keras bergabung, maka Jamila pun tidak bisa berbuat banyak
selain merelakan kepergian suaminya. Tapi naas, dalam aksi demo itu terjadi
aksi saling serang antara masyarakat dan aparat. Jaudin dikeroyok oleh petugas.
Bagaimana cerita
selanjutnya
Selamat menyaksikan !!
0 komentar:
Posting Komentar