Kamis, 11 April 2013

Tebu


Drama Singkat SMA LTI – IGM
TEBU
Karya : Ical Wrisaba
Bagian Satu
Cerita dalam drama ini dimulai dengan sebuah tembang batanghari sembilan. Tampang seorang perempuan sedang menenun songket. Batinnya tampak keluh, hatinya meracau.
JAMILA
Kalau saja kau masih ada, tentu ibu tidak akan seperti sekarang, Nak. Bukankah kau pernah berjanji akan selalu bersama ibu sampai kapan pun. Tetapi kenapa kau pergi bersama waktu, dan meninggalkan ibu sendiri disini. Pulang..Pulanglah Nak.
Tampak Jaudin di Muka pintu memperhatikan tingkah laku istrinya.
JAUDIN
Mengingat sesuatu yang sudah pergi hanyalah pekerjaan sia-sia. Luka akan semakin memborok dalam ingatanmu.
JAMILA
Aku hanya merasa tidak adil, kenapa begitu cepat. Aku belum sempat membesarkannya.
JAUDIN
Setiap manusia boleh berencana apa saja, tapi setiap manusia tidak ada yang pernah tahu rencana Tuhan. (move) aku harus berangkat !
JAMILA
Kau sungguh-sungguh akan pergi.
JAUDIN
Iya, aku harus pergi menuju para gerombolan hantu dan menebasnya satu persatu.
JAMILA
Kalau kau pergi, berarti aku sendiri disini.
JAUDIN
Hanya sebentar

JAMILA
Kau jangan pergi
JAUDIN
Kenapa jangan?
JAMILA
Pokoknya jangan pergi !
JAUDIN
( keras )
Aku harus mengakhiri semua kebusukan para hantu, aku harus mengembalikan tanah leluhur kita yang mereka rampas. ( penuh dendam ) Mereka sudah cukup lama memeras keringat kita dan mengekspornya keluar negeri.
JAMILA
Aku mohon jangan pergi. Sama seperti kepergian Jaka 1 bulan lalu, aku merasakan firasat yang sama hari ini.
JAUDIN
Itu hanya perasaanmu saja. Percayalah, aku pasti kembali. ( turun dari tangga )
JAMILA
(teriak)
Tunggu. ( Jaudin berbalik arah melihat pada istrinya di atas garang rumah ) ( menuju Jaudin ) selendang songket ini baru selesai ku tenun semalam, kainnya masih belum selesai. Bila kau pulang, aku ingin kau memakai kainnya dan kau kembalikan selendangnya kepadaku.
JAUDIN
Aku janji, aku berangkat sekarang bersama warga lainnya. Selamat tinggal. ( out )
Jamila melepaskan kepergian suaminya dengan snagat terpaksa, lelehan kegalauan mengalir dari dua buah kristal matanya.




Bagian Kedua
Seorang perempuan dengan dandanan Necis lengkap dengan gedget mewahnya muncul dengan ekpresi kemarahan. Seorang lelaki kepercayaan perusahaan tertunduk, dua orang petugas bayaran mengawal ketat sang pimpinan.
NYONYA  LIE
Direktur pelaksana saya sangat menyayangkan atas kejadian ini, dan saya sangat muak dengan orang-orang goblok yang berteriak-teriak di luar sana. Dasar warga keparat.
DIREKTUR PELAKSANA
Maafkan atas kegagalan saya mengatasi persoalan ini Nyonya. Tapi saya bernjanji akan memperbaikinya di waktu depan.
NYONYA  LIE
Saya tidak suka dengan janji. Saya butuh realita. Kamu sangat jelas sudah gagal mengandalikan situasi.
DIREKTUR PELAKSANA
Nyonya, saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah kejadian ini agar tidak terjadi. Semua kepala daerah sudah saya tutup, para petugas keamanan sudah saya sewa. Tapi rupanya semua warga dari setiap dusun bersatu padu membuat kekuatan. Maka terjadilah aksi pembakaran aset perusahaan di gudang barat.
NYONYA LIE
Semua yang kamu ucapkan itu omong kosong, kerja kamu tidak becus, dan saya menyesal memelihara orang goblok seperti kamu. Atas kejadian ini, setiap hari perusahaan merugi 1 milyar lebih akibat terhambatnya ekspor. Saya semakin tidak mengerti tentang keinginan para warga bajingan itu.
DIREKTUR PELAKSANA
Maaf nyonya, sedikit saya ulas kembali tentang keinginan masyarakat. Mereka ingin agar kita mengembalikan hak guna tanah mereka, dan bila perusahaan tetap ingin menggunakan maka perusahaan wajib membayar sewa tanah.
NYONYA LIE
Membayar sewa? Tahu apa mereka tentang hak guna lahan. Seharusnya mereka bukan datang kemari dan menghancurkan semua aset, mereka harus menemui dan tanyakan langsung pada pemimpin mereka sendiri, karena perusahaan ini telah melunasi semua hak atas tanah mereka.

DIREKTUR PELAKSANA
Nyonya warga dengan keras menolak pembebasan lahan mereka, karena menurut mereka pernah mereka menandatangani surat pembebasan lahan ataupun ganti rugi atas hak guna lahan.
NYONYA LIE
Saya heran, sejak kapan orang-orang kampung itu mengerti tentang hak guna lahan. Saya yakin pasti ada orang yang bergerak di belakang mereka. Oleh karena itu saya ingin kamu segera menangkap siapa orang itu dengan cara apapun.
DIREKTUR PELAKSANA
Semua perintah akan segera dilaksanakan
NYONYA LIE
Hey petugas goblok, kalian itu saya bayar untuk mengamankan aset perusahaan ini. Saya minta bekerjalah dengan profesional, paham!
PETUGAS
Sangat paham nyonya, setiap waktu kami selalu melakukan patroli kesemua areal perkebunanan. Kami juga telah merampas kembali pupuk dari rumah-rumah warga yang meraka curi.
NYONYA LIE
Bagus, jangan takut menggunakan senjata kalian untuk menakuti warga. Saya sudah bayar mahal pada pemimpin kalian.
PETUGAS
Baik nyonya, semua perintah akan di laksanakan.
NYONYA LIE
Saya ingin semua masalah segera selesai dengan cara apapun, bila perlu kalian tembak saya warga itu, biar semuanya kabur. Saya akan kembali, silahkan kalian lanjutkan tugas. Permisi.





Bagian Ketiga
Jaudin muncul dari sebelah kanan panggung, skelebat bayangan hitam muncul dari sisi kiri panggung.
BAYANGAN
Kau tak akan bisa menembus pasukan bayangan, menyerahlah sebelum pedang dan ratusan peluru menembus tubuhmu.
JAUDIN
Kau diciptakan sebenarnya untuk siapa? Dan kenapa kau terus-terusan menghunus sejata kepada kami. Aku akan terus berdiri disini, sampai tanah leluhur kami di kembalikan. Aku tidak akan menyerah, meski pedang dan ratusan peluruh akan membuatku rebah ke bumi.
BAYANGAN
Manusia goblok, rupanya kau ingin jadi pahlawan di tengah badai. Baik aku akan mengabulkan keinginanmu. Bersiiaplah kau menemui para leluhurmu.
JAUDIN
Majulah..
Bayanagn dan Jaudin berada dalam posisi siap, lalu keduanya slaing menyerang. Dua bayangan lauinnya muncul. Jaudin semakin terdesak, luka-luka di tubuhnya membuat ia lemah. Jaudin menyelamatkan diri, para bayangan mengejarnya.
Jamila berdiri diatas garang menanti Jaudin suaminya pulang dari demonstrasi. Pandangannya kesegala arah, mencari-cari bayangan Jaudin pulang. Tapi tak ada, bahkan aroma tubuhnya pun tak sampai terbawa angin. Jamila pilu, batinya meracau. Ketakutannya semakin menjadi
JAMILA
Sudah senja, tapi bayanganmu sekalipun belum juga kembali. Aku sudah bilang padamu jangan pergi, tapi kau tetap saja berangkat dan ingin jadi pendekar. (move) ( jamila turun ke bawah rumah ) kau sebenarnya ke tepian mana, apa kau tersesat hinggah lupa jalan pulang?. Kain songketnya sudah selesai.
Sebuah tembang terdengar sangat lirih, menusuk hati. Jamila termenung seorang diri.
“ dibatas ambang jiwa
Menanti sebuah hati
Ditengah musim badai...ia telah pergi jauh.
.ia telah pergi dan belum kembali, pulang”
Seorang warga masuk membawa tubuh Jaudin yang bersimbah darah. Jamila terperanjat.
WARGA
Jamila...cepat kemari, Jaudin terluka.
JAMILA
(teriak)
Celaka, firasat itu datang hari ini.
JAUDIN
(sekarat)
Jamila..aku telah pulang.
JAMILA
Sudah aku bilang jangan pergi, tapi kau tetap menuju medan perang.(pada warga) katakan padaku apa yang terjadi?
WARGA
Kami di serang pasukan bayangan ketika pemberonatkan ke PTPN. Kami di kejar-kejar pasukan bayangan.
JAMILA
( mengambil pedang )
JAUDIN
(sekarat )
Mau kemana?
JAMILA
Aku akan menebas pasukan bayangan yang telah membuatmu terluka, sudah cukup kita di sengsarakan perusahaan.
WARGA
Jamila, kau tidak akan menang melawan anjing-anjing perusahaan. Tenangkan dirimu, Jaudin harus segera di selamatkan.
JAMILA
Jangan halangi aku. Menyingkirlah .
JAUDIN
Jamila...aaakku..akh.
JAMILA
 Kau harus bertahan. (pada warga) bantu aku
JAUDIN
Jamila...aku telah memenuhi janjiku untuk pulang..
JAMILA
Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...

Sebuah tembang kematian mengalun lirih :
Ku berjalan menyusuri malam
Merenungi waktu yang telah pergi
Tiada kata yang harus disesali
Bahwa hidup memang harus terjadi
Ku mendengar suara malam ku meendengar suara hati
Ku mendengar suara angin ku mendengar suara hati
Sepiiiiiiiiiiiiiiiii...sepiiiiiiiiiiiiiii.....


selesai

Dipentaskan pertama kali oleh Life Skill Teater SMA-LTI IGM Palembang
pada kegiatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional 2013





Tentang Naskah :
Tebu merupakan sebuah drama singkat yang mengangkat konflik masyarakat Ogan Ilir dengan PTPN 7.Tahun 1985 Bupati Bengkulu Selatan (Murman Affandy, saat itu Seluma masih menginduk pada Bengkulu Selatan) mendatangi masyarakat Desa Pering Baru, Desa Ujung Padang, Tinju Layang, Padang Batu, Taba, Tebat Sibun, dan Desa Suka Bulan. Pada pertemuan itu bupati menjelaskan bahwa wilayah warga tersebut akan dijadikan wilayah perkebunan PTPN VII.
Dalam penjelasan tersebut, bupati menekankan tanah yang boleh digarap oleh PTPN VII adalah padang ilalang dan hutan yang tidak digarap warga. Saat itu di sanggupi oleh PTPN VII. Namun pada perkembangan berikutnya, PTPN VII mencaplok semua tanah milik warga setidaknya 518 hektar tanah milik warga diserobot secara paksa dan kekerasan yang melibatkan aparat TNI dan Polri. Tindakan kejam ini, dilakukan dengan cara membuldozer kebun kopi, sawah, milik warga pada malamhari.
Warga yang bersedia memberikan tanah kepada PTPN VII dijanjikan dengan kebun plasma seluas tanah yang diberikan. Namun kenyataannya, banyak warga yang memberikan tanah kepada PTPN VII secara baik-baik tidak mendapatkan janji perkebunan plasma. Kalau pun dapat warga harus membayar tanah tersebut dengan kisaran harga Rp 8 juta dengan jumlah tanah kurang dari yang diserahkan warga.
Selanjutnya, untuk warga yang tidak bersedia menyerahkan tanah kepada PTPN VII, maka digunakanlah aparat kepolisian dan TNI mengancam warga dengan tuduhan, menghambat pembangunan, atau warga dituduh terlibat organisasi terlarang yakni, Partai Komunis Indonesia (PKI). Ditingkatan masyarakat, tuduhan ini sangat ditakuti dan merupakan aib.
Konflik ini banyak merenggut kerugian bagi warga, tidak kurang dari puluhan warga yang ditembak TNI dan Brimob, dan 1 orang meninggal dunia pada tahun 2005.
Perlawanan di tingkat rakyat beragam, beberapa kali mereka menggelar aksi demonstrasi ke PTPN VII menagih janji agar tanah yang telah DIRAMPOK PTPN VII segera dikembalikan. Namun, tuntutan warga dianggap angin lalu saja oleh PTPN VII.
Belum diketahui secara jelas Hak Guna Usaha milik PTPN VII. Namun, dari beberapa sumber didapat bahwa HGU PTPN VII telah habis tahun 2010.
Bukannya berhenti merampok tanah rakyat, justru sebaliknya PTPN VII berencana meremajakan kawasan inti mereka, setidaknya 518 hektar tanah warga akan kembali mereka rampok. Terhadap hal ini warga mengatakan tidak akan memberikan tanah mereka kepada PTPN VII karena mereka mengaku itulah harta terakhir milik mereka.
Akibat konflik yang berkepanjangan ini menimbulkan beberapa dampak social ekonomi warga:
• Masyarakat setempat terpaksa mengambil sawit di kebun PTPN VII karena tidak memiliki sumber penghidupan. Pernah seorang warga (Pak Sarwan)mengambil sawit dan diproses di polres,dan diajukan ke pengadilan hukum degan hukuman 5 bulan dan mengajukan banding. kejadian ini terulang lagi di tahun 2005 dan ketahuan brimob dan sempat bentrok dengan petugas namun diselesaikan di tempat. 1 orang warga meninggal dunia bernama Khairul warga Desa Pering Baru karena ditembak Brimob ketika mengambil sawit di PTPN VII. 1 orang terluka parah ditembak Brimob.
• Masyarakat pindah ke daerah lain karena tanah warisan sudah dikuasai oleh PTPN VII
• Meningkatnya angka pengangguran, karena tidak adanya lahan untuk masyarakat
• Banyaknya jalan akses masyarakat yang rusak karena rutinitas pengangkutan sawit
•Masyarakat Pring Baru hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar
Terhadap kondisi ini, maka dari itu warga menuntut:
• PTPN VII diminta untuk mengembalikan tanah rakyat yang mereka rampok sejak tahun 1985
• Meminta ganti rugi bagi warga selama PTPN VII mengambil tanah masyarakat
• Menolak perehaban atau peremajaan PTPN VII di tanah rakyat
• Meminta kepolisian untuk menarik aparat brimob yang kerap kali meresahkan warga, dan melanggar SK Kapolri no 11 tahun 2006 tentang Dalmas.

Sinopsis
Jamila adalah seorang ibu muda yang baru saja ditinggal mati oleh Jaka anaknya yang tewas tertembak peluru nyasar petugas keamanan saat terjadi konflik antara masyarakat dan pihak perusahaan. Untuk membantu ekonomi keluarga, Jamila menenun kain songket. Sejak kematian Jaka, ia sering termenung dan bicara sendiri.
Jaudin merupakan suami Jamila, ia bekerja sebagai buruh pabrik gula milik PTPN 7. Kamtian anaknya akibat peluru nyasar membuatnya beringas. Jaudin ikut bergabung bersama masyarakat lainnya, mengadakan demo besar-besaran untuk menggugat para pembesar PTPN mengembalikan tanah rakyat yang telah di kuasai perusahaan selama bertahun-tahun.
Pada hari yang telah direncanakan seluruh warga dari semua dusun bergabung dan kembali mendatangi PTPN serta mendesak pemerintah agar bertanggung jawab atas hak guna lahan serta mengembalikan lahan kepada rakyat. Jamila melarang Jaudin bergabung bersama warga, ia mendapat firasat yang sama sebelum Jaka anaknya tertembak. Tapi Jaudin tetap bersih keras bergabung, maka Jamila pun tidak bisa berbuat banyak selain merelakan kepergian suaminya. Tapi naas, dalam aksi demo itu terjadi aksi saling serang antara masyarakat dan aparat. Jaudin dikeroyok oleh petugas.
Bagaimana cerita selanjutnya
Selamat menyaksikan !!



0 komentar:

Posting Komentar

 
;