Opening
:
Cerita dalam adegan ini
dimulai dengan sebuah tarian yang menggambarkan malapetaka dari sebuah negeri.
Beberapa orang masuk membawa peralatan panen, beberapa lagi diantaranya
bergerak (tari) menyerupai ngengat (hewan perusak tanaman). Musik sangat
mencekam, para petani ingin memanen padinya kecewa ketika melihat seluruh
tanamannya hancur.
Beberapa saat kemudian
musik berubah menegangkan, tampak seorang perempuan dikejar-kejar beberapa
lelaki. Perempuan itu akan di tumbalkan pada dewa, agar malapetaka yang melanda
negeri segera berakhir. Perempuan itu sangat ketakutan, ia berlari kesana
kemari menghindari para lelaki yang akan menangkapnya, meski pada akhirnya ia
tertangkap juga.
Bagian
Pertama
Seorang lelaki berdiri
diatas sebuah singgah sana, hatinya meracau, jiwanya keluh. Batinnya berperang
dengan sengit. Seorang peramal terus-terusan merapal doa-doa tanpa henti. Asap
dupa menyeruak mengisi ruang. Perdana Menteri coba menenangkan Raja.
Perdana
Menteri
Baginda...saya
rasa sebaiknya beristirahat dulu.
Raja
Aku
tidak dapat beristirahat dengan tenang perdana menteri. Malapetaka terus
bergentayangan menghantui negeri ini. Kepergian permaisuri menghadap dewata,
begitu membuatku kalut. Dan sekarang kegagalan panen serta kelaparan akibat
kemarau yang berkepanjangan, telah menyayat jantungku. Setengah mati aku
memikirkannya. Entah esok malapetaka apa lagi yang akan menghantui negeri ini.
Perdana
Menteri
Semua
ini adalah ujian yang diberikan oleh dewata pada baginda, percayalah bahwa
disetiap kesulitan yang digariskan alam tentu ada hikmah yang terkandung
didalamnya.
Raja
Aku
mengerti itu perdana menteri, tapi harus sampai kapan malapetaka itu
menggerogoti hidupku. Aku gemetar membayangkan malapetaka yang jauh lebih
menakutkan. Peramal, apa yang kau lihat tentang masa depan negeri ini?
Peramal
Menurut
penglihatan mata batin hamba, malapetaka masih akan menghantui negeri ini. Kita
harus segera melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala murka.
Raja
Aku
telah memerintahkan para hulubalang untuk mengumpulkan gadis-gadis yang akan di
jadikan syarat upacara itu, kenapa upacaranya belum juga kau lakukan.
Peramal
Baginda,
menurut perbincangan batin saya dengan para dewata kala murka. Syarat utama
dalam upacara itu adalah gadis belia yang masih suci dan iklas menjadi tumbal
dalam upacara itu.
Perdana
Menteri
Tapi
peramal, sebanyak gadis yang ditangkap oleh para hulubalang, tidak seorang pun
yang iklas menjadi tumbal upacara itu.
Peramal
Harus
segera didapatkan, jika malapetaka dinegeri ini mau berakhir.
Perdana
Menteri
Tetapi
pencarian itu telah menyebabkan kekacauan, para rakyat semakin terdesak dan
ketakutan.
Peramal
Masalah
ini silahkan perdana menteri tanyakan langsung pada baginda raja, karena pada
akhirnya upacara ini akan dilakukan atas izin baginda pula.
Raja
Perdana
menteri aku cukup mengerti arah bicaramu, sebagai seorang raja melindungi
segenap rakyat adalah tanggung jawabku. Tetapi dalam perkara ini aku di tuntut
untuk memutuskan sesuatu yang sangat berat bagiku. Oleh karena itu aku memilih
malapetaka ini harus segera berakhir, denegan cara apapun.
Perdana
Menteri
Termasuk
dengan cara menumbalkan gadis suci?
Raja
Mau
tidak mau aku harus melakukannya, meski aku tahu itu melanggar tanggung jawabku
sebagai raja.
Perdana
Menteri
Peramal,
coba pandangan batinmu buka sekali lagi. Kau lihat dengan lebih teliti, mungkin
saja kau salah.
Peramal
Perdana
Menteri, hamba tidak akan berani sembarang bicara. Apalagi untuk permasalahan
yang menyangkut kebijakan raja. Telah tujuh purnama hamba bertanya pada dewata
kala, tetapi jawabannya selalu sama.
Raja
Perdana
Menteri malapetaka di negeri ini harus di akhiri, segala cara akan aku lakukan
meski harus menumbalkan seorang dari bagian negeri ini. Peramal, ikut aku
keruang tawanan. Aku sendiri yang akan meminta keiklasan dari gadis-gadis yang
kita tawan.
Bagian
Kedua
Putri Rindang Kencana sedang
membicarakan keadaan yang terjadi dalam negeri pada Dayang kepercayaan.
Putri
Rindang Kencana
Telah
tiga belas purnama berlalu, tetapi petaka yang membungkus negeri ini enggan
minggat. Apakah dosa-dosa pemimpin negeri ini yang begitu hitam hinggah dewata
menghukum kita.
Dayang
Putri,
sudah hampir gelap.
Putri
Rindang Kencana
Aku
memang menunggu gelap yang sempurna Dayang, karena dalam kegelapanlah kita bisa
melihat cahaya. Negeri ini sudah terlampau sesak, semua orang berebut ingin
terlihat seperti cahaya. Bahkan ayahanda maharaja telah disilaukan cahaya.
Dayang
Kita
tidak pernah tahu makna kilatan cahaya. Telah beratus pendekar, pengembara, dan
ahli pikir yang mencoba memaknai cahaya, tapi tidak satupun yang mampu memberi
warna.
Putri
Rindang Kencana
Aku
akan menghadapi cahaya dan prajurit bayangan yang meski telah berkali-kali kita
tikam dengan pisau yang sangat tajam ia tetap tak rebah.
Dayang
Aku
tidak paham apa yang bersarang dalam kepala Putri saat ini?
Putri
Rindang Kencana
Dayang,
keputusan ayahanda Raja untuk melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala
murka telah memperparah keadaan negeri ini. Aku akan menghentikannya.
Dayang
Maksud
tuanku putri?
Putri
Rindang Kencana
Aku
telah memikirkan sesuatu, meski sebenarnya aku ragu. Tapi dorongan rasa
kemanusiaanku terus bergejolak untuk membebaskan malapetaka yang kian
berkecamuk.
Dayang
Tuanku
Putri akan menentang Baginda Raja?
Putri
Rindang Kencana
Bukan
menentang, tapi aku hanya ingin meluruskan benang-benang yang tak terpintal
tepat.
Perdana Menteri yang
sejak tadi mendengar percakapan Putri Rindang Kencana dan Dayang tiba-tiba
muncul, kehadiran Perdana Menteri membuat keduanya terperanjat kaget.
Perdana
Menteri
Malapetaka
itu sepertinya telah merampas segalanya dari kita. Semua orang mencari-cari,
mengembara, menembus lembah-lembah berhantu. Tanpa kita sadari lama-lama kita
akan menjelma seperti para hantu.
Putri
Rindang Kencana
Perdana
Menteri, kau mendengar semuanya?
Perdana
Menteri
Maafkan
aku Putri, sama seperti malapetaka yang
tiba-tiba memberangus negeri ini, aku pun hadir disini tiba-tiba saja
ketika melintas dan mendengar percakapan keras kalian.
Putri
Rindang Kencana
Apa
kau akan membantu? Atau justru akan memecah semuanya menjadi kepingan debu.
Perdana
Menteri
Mengapa
kau seperti meragukan keehadiranku?
Putri
Rindang Kencana
Karena
aku ingin mengakhiri semburat jingga yang sedang membungkus ayahanda raja.
Perdana
Menteri
Dayang,
bisakah kau membiarkan kami bicara empat mata?
Dayang
Baiklah
tuanku, hamba mohon undur diri. ( out )
Perdana
Menteri
Aku
tak berharap kau melakukan semua yang bersarang dikepalamu saat ini.
Putri
Rindang Kencana
Aku
tidak tahu kenapa kau datang, dan untuk
siapa kau datang?. Biarkanlah semua mesiu yang aku siapkan di kepala ini
meledak seperti yang aku harapkan.
Perdana
Menteri
Boleh
aku tahu seperti apa rentetan mesiu yang tampak sempurna itu?
Putri
Rindang Kencana
Kau
tentu tahu tentang kepanikan rakyat atas kebijakan ayahanda raja mengumpulkan
gadis-gadis untuk tumbal upacara pemujaan dewata kala. Bagiku itu bukan langkah
tepat yang diputuskan ayahanda raja. Aku akan mengakhiri ketakutan itu.
Perdana
Menteri
Kau
akan mengakhiri semuanya?
Putri
Rindang Kencana
Harus.
Bukankah menurut peramal istana, malapetaka di negeri ini akan berakhir bila
ada tumbal gadis suci yang iklas menjalani upacara. Aku akan mengantikan para
gadis itu.
Perdana
Menteri
(marah)
Rindang Kencana, jangan main-main dengan ucapanmu. Ini menyangkut kehidupan
negeri ini.
Putri
Rindang Kencana
Kau
ini kenapa Perdana Menteri? Apa kau ingin membiarkan malapetaka ini terus
berlalu hingga menghapuskan segalanya.
Perdana
Menteri
Tentu
saja tidak
Putri
Rindang Kencana
Apa
kau ingin membiarkan rakyat semakin sengsara dengan malapetaka ini?
Perdana
Menteri
Tidak
Putri
Rindang Kencana
Lantas
kenapa kau ingin menutup jalan yang aku lintasi?
Perdana
Menteri
Karena
aku mencintaimu!
Putri
Rindang Kencana
Celaka
! dalam situasi musim yang menakutkan seperti ini kau masih juga memikirkan
pribadimu. Bagiku cinta padamu urusan nomor dua, nomor satu adalah cinta pada
negeri ini.
Perdana
Menteri
Apa
kau tidak pedulikan itu?
Putri
Rindang Kencana
Semua
akan melintasi waktunya. Untuk kepentingan negeri ini, aku titipkan cintaku
padamu sementara pada cakrawala, biarkan
ia kelak akan dilukis pelangi bersama hujan yang mucrat dari celah-celah langit
bersamaan dengan berakhirnya malapetaka negeri ini.(meninggalkan perdana
menteri)
Perdana
Menteri
Rindang
kencana tunggu, aku belum selesai bicara
Putri
Rindang Kencana
Masih
ada waktu lain untuk membicarakan tentang kita
Perdana
Menteri
(mengejar)
Rindang Kencana..Tungguuuuuuu...
Bagian
Tiga
Raja dan Peramal
mendatangi tempat tawanan para gadis-gadis yang akan di jadikan tumbal upacara.
Tidak seorangpun bersedia menjadi tumbal. Maka Raja menjadi murka.
Raja
Negeri
ini sedang sakit. Tanah air ini sedang menderita, malapetaka begitu
mencintainya. Negeri ini butuh pahlawan. Maafkan aku rakyatku, semua ini harus
aku lakukan. Peramal, apa waktu pelaksaan upacara itu telah datang.
Peramal
Baginda,
musim barat telah berlalu. Sekarang sudah masuk dalam hitungan bulan kala.
Upacara tolak balak sudah bisa kita laksanakan, semakin cepat kita lakukan maka
semakin cepat malapetaka akan menjauh dari negeri ini.
Raja
Baiklah,
silahkan kau siapkan upacaranya.
Tiba-tiba
terdengar suara teriakan Perdana Menteri
Perdana
Menteri
Baginda....bagindaaaaaaaa...gawattt
Raja
Kau
ini kenapa perdana menteri?
Perdana
Menteri
Para
gadis-gadis yang ditawan tidak ada ditempatnya, mereka hilang ditelan bumi.
Raja
Apa?
Kau jangan bercanda perdana menteri, aku tidak akan segan-segan memotong
kepalamu.
Perdana
Menteri
Aku
sungguh-sungguh baginda. Sepertinya ada orang yang sengaja membebaskan para
gadis yang kita tawan.
Raja
Peramal,
apa yang sebenarnya terjadi. Malapetaka apa lagi ini?
Peramal
Baginda,
dari pandangan mata batin saya, memang betul ada orang yang dengan sengaja
membebaskan para gadis itu.
Raja
Kurang
ajar, siapa yang berani mengacaukan segala rencanaku. Perdana menteri, kau
siapkan seratus hulubalang, tangkap siapapun orang yang berani menentangku.
Tiba-tiba Putri Rindang
Kencana muncul dengan sangat bijaksana
Putri
Rindang Kencana
Tidak
perlu mengelurkan ratusan hulubalang untuk menangkap orang itu, ayahanda.
(move) (berbicara dengan tenang) orang yang kalian cari ada di hadapan kalian.
Raja
Rindang
Kencana, apa maksudnmu dengan semua ini?
Putri
Rindang Kencana
Aku
hanya tidak ingin ayah menumbalkan rakyat dalam bencana negeri ini. Seorang
pemimpin seharusnya melindungi rakyat, bukan menyengsarakan rakyatnya seperti
yang dilakukan banyak pemimpin negeri ini.
Raja
Rindang
kencana, kau berani menentang ayahmu?
Putri
Rindang Kencana
Bukan
menentang, aku hanya ingin ayahanda lebih bijak melihat.
Raja
Tapi
malapetaka ini harus diakhiri. Aku hanya meminta keiklasan rakyatku untuk
tumbal upacara tolak bala.
Putri
Rindang Kencana
Tidak
seorangpun yang iklas menjadi tumbal, bagaimana mungkin upacara bisa
dilaksanakan.
Peramal
Tuan
putri, tapi upacara itu harus dilaksanakan.
Putri
Rindang Kencana
Upcara
akan tetap dilaksanakan
Raja
Bagaimana
mungkin upacara akan dilaksanakan bila semua gadis suci yang di tawan telah kau
bebaskan.
Putri
Rindang Kencana
Aku
yang akan menggantikan mereka
Raja
(terkejut)
Rindang Kencana, kau jangan main-main. Ini bukan permasalahan ringan.
Putri
Rindang Kencana
Aku
tidak sedang bermain-main dengan pilihan. Pertanyaannya adalah, apakah ayahanda
iklas menjadikan aku tumbal upcara ini?
Raja
Putriku,
setelah kepergian ibundamu menghadap dewata, kini tinggal kau satu-satunya orang
yang ayah cintai, bagaimana aku bisa iklas menumbalkanmu.
Putri
Rindang Kencana
Nah..seperti
itu juga yang dirasakan oleh para orang tua yang anak gadisnya akan ayah
tumbalkan dalam upacara. sebagai seorang raja, seharusnya ayah lebih memikirkan
perasaan rakyat, bukan memikirkan perasaan ayah sendiri. Peramal, siapkan
upacaranya. (out)
Raja
Rindang
kencana, tunggu
Putri
Rindang Kencana
Ini
keputusan seorang putri raja, aku ingin ayah mengiklaskannya.
Raja
(meratap)
Akhhhhhhhhhhhh...dewata agung, cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, kenapa
kau memilih putriku dalam perkara ini.(teriak) jika semua ini karena
dosaku..biarkan aku yang menjadi tumbalnya.(mennagis)
Peramal
Baginda...apa
permintaan putri rindang kencana dikabulkan, jika baginda mengizinkan maka
upacara akan hamba laksanakan.
Raja
Peramal,
itu sudah menjadi keputusannya. Dan demi kesejahteraan negeri ini aku iklaskan
putriku menjadi tumbal upacara pemujaaan dewata kala. Kau siapkan upacaranya.
Peramal
Baik
baginda.
Atas izin Raja, upacara
tola bala dilakukan. Satu persatu penari muncul dengan gerakan teatrikal,
mereka membawa orang-orangan sawah yang dibuat dari ilalang kering. Beberapa
penari lainnya membawa sesaji.
Dibagian lain, Putri
Rindang Kencana muncul dengan sikap yang anggun dari kumpulan penonton. Peramal
tampak siap dengan mantra-mantranya, berkeliling panggung sambil menaburkan
bebungaan. Dengan sangat yakin Putri Rindang Kencana berjalan menuju altar
suci.
Beberapa penari membuat
komposisi gerak menyerupai orang-orang yang memuja, para penari lelaki
berkeliling membawa api obor. Lalu Putri Rindang Kencana masuk kedalam api.
SEELESAI
Dipentaskan Oleh Life Skill Teater SMA -LTI IGM Palembang
dalam Festival Seni Se Sumatera Selatan
Graha Budaya,22-23 2013