Rabu, 11 Desember 2013 3 komentar

KOMUNITAS SENI LIMA NOL SATU PALEMBANG DI PANGGUNG KALA SUMATERA



KALA SUMATERA III adalah sebuah proyek  pemberdayaan kelompok-kelompok dan seniman teater dan LSM Perempuan di Sumatera yang digagas oleh Teater Satu Lampung bekerjasama dengan  HIVOS, Belanda.
Proyek ini bertujuan membuka akses informasi, peningkatan pengetahuan dan keterampilan,  dan kesempatan untuk maju dan  berkembang  bagi seniman dan kelompok-kelompok teater—juga dengan melibatkan LSM Perempuan– di Sumatera  baik dalam persepektif gender maupun artistik dan organisasi. Sehingga  secara kualitatif memiliki  kesetaraan dengan seniman dan organisasi serupa yang telah lebih dahulu berhasil mengembangkan diri di lingkup nasional juga  global.
KALA SUMATERA III
Periode tahun 2013 ini mengemas 3 program utama yakni:
1.   PANGGUNG PEREMPUAN SE SUMATERA:
A.   Seminar
B.   Lokakarya
C.   Gelar Karya Panggung Perempuan se-Sumatera

Gelar Karya Panggung Perempuan Se-Sumatera
Waktu Pelaksanaan : 10-14 Desember 2013
Tempat : Taman Budaya Lampung
Target Penonton : Dua Ribu (2000) orang penonton dari kalangan Pelajar, mahasiswa, Seniman, Masyarakat umum

Aktivitas Program
  1. Pementasan oleh 10  kelompok teater dari seluruh provinsi di sumatera
  2. Evaluasi Pertunjukan; dilakukan setiap hari seusai pertunjukan
  3. Diskusi; dilakukan setelah seluruh karya dipentaskan
Tujuan:
Menggelar karya-karya drama dari dalam dan luar negeri  dengan adaptasi baru ke dalam konteks budaya daerah setempat melalui petunjukan teater sehingga dapat memperkaya khasanah pemikiran dan produk artistic untuk membangun sebuah paradigma pengembangan dan pembangunan kebudayaan di sumatera.

Data grup yang akan tampil:

DATA  GROUP TEATER KAPOOK  IMPAS STAIN METRO
Kamis, 12 desemberI 2013
JUDUL                                     : Mainan Gelas
KARYA                                     : Tennesse Williams
SUTRADARA                           : Dwi Nurul Susanti

DATA  GROUP UKMF FKIP UNILA ( Lampung )
Selasa, 10 desember 2013
JUDUL                                     : Barabah
KARYA                                     : Motinggo Busye
SUTRADARA                           : Anida Masila

DATA  GROUP TEATER RUMAH MATA MEDAN
Jumat, 13 desember  2013
JUDUL                                     : Cinta Dalam Toples adaptasi Mainan Gelas karya Tenesse Wiliam
KARYA                                     : Agus Susilo
SUTRADARA                           : Sidratul Muntaha

DATA  GROUP SAMBILAN RUANG PADANG PANJANG
Jumat, 13 desember  2013
JUDUL                                     : Miss Julie
KARYA                                    :
SUTRADARA                          : Yalesvita S,sn. M,sn

DATA  GROUP TEATER TONGGAK JAMBI
Rabu, 11 desember  2013
JUDUL                                     : LEAR ASIA
KARYA                                    : RIO KISHIDA
SUTRADARA                          : Alhidayatul Islamiyah, S,PdI

DATA  GROUP TEATER SELEMBAYUNG RIAU
Kamis, 12 desemberI 2013
JUDUL                                   : Putusan Akhir ( Antigone )
KARYA                                  : Sopocles
SUTRADARA                       : Ika Elizar Amd Sn

DATA  GROUP TEATER KENTROENG ROCK N’ ROLL ( Solo )
Rabu, 11 desember  2013
JUDUL                                     :  “Sang Wanodya / Lungiting Asmara!”  Adaptasi dari Lysisstrata
KARYA                                     :  Suyud Nugrahawati
SUTRADARA                           :  Suyud Nugrahawati


DATA  GROUP TEATER KOMUNITAS SENI LIMA NOL SATU ( Palembang )
Sabtu, 14 desember 2013
JUDUL                                   : Buntung ( Malam Jahanam )
KARYA                                  : Motinggo Busje  adaptasi  Ical Wrisaba
SUTRADARA                       : Tiara Talisda Tourisa

DATA  GROUP TEATER KEDAI PROSES ( Bengkulu )
tanggal  Selasa, 10 desember 2013
JUDUL                                   :  KLOSET
KARYA                                  :  Edi Ahmad
SUTRADARA                       :  Putri Nefrianty

Penutupan  acara akan di pentaskan “ Tanjung Karang dan Kisah kisah yang mengingatkan “ oleh Teater Satu lampung
Sabtu, 14 desember 2013

di copy dari ;http://www.koalisiseni.or.id/event/kala-sumatera-3/
0 komentar

Komunitas Seni Lima Nol Satu Palembang jadi ada di KALA SUMATERA

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Gelar karya panggung perempuan se-Sumatera, Kala Sumatera III yang digagas Teater Satu bekerjasama dengan organisasi nirlaba asal Belanda HIVOS diharapkan dapat menjadi ajang silaturahmi antar penggiat teater se-Sumatera.
Hal ini ditegaskan Iswadi Pratama Pimpinan Teater Satu saat memberikan sambutan dalam pembukaan Gelar karya panggung perempuan se-Sumatera, Kala Sumatera IIIn di Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Selasa (9/12/2013).
Dengan gamblang  Iswadi bahkan menegaskan, tanpa cinta dan ketulusan hati, kegiatan tahunan ini tidak akan pernah terwujud. Terlebih dalam acara ini, sejumlah kelompok teater datang dari lokasi yang cukup jauh lengkap dengan aneka properti yang mereka siapkan.
"Saya pribadi ucapkan selamat datang bagi kelompok teater yang hadir. Tentu tidak mudah bagi kawan-kawan untuk datang kesini di acara Kala Sumatera III," papar dia memberikan penghargaan.
"Jika tidak tanpa cinta kalian jelas engga akan sampai kesini. Walau dua atau tiga yang main, saya tahu properti kalian kadang udah seperti pindahan rumah. Ini kan luarbiasa bisa hadir disini dan menyambung silaturahmi bersama," imbuh Iswadi.
Pria yang berperan dalam membidani lahirnya teater satu tahun 1996 silam itu juga memberikan apresiasi bagi penggiat teater yang ambil bagian Kala Sumater III. Sebab menurut Iswadi, dari event ini akan banyak nilai lebih yang bisa dibawa pulang dan dibagi kepada rekan penggiat teater di daerah masing-masing.

"Nilai lebihnya. Kalian yang datang kesini dengan penuh cinta, kawan-kawan kelak akan membawa pulang kekayaan yang luarbiasa banyak, bukan materi ya. Tapi semangat menjaga silaturahmi dan pulang dengan kekayaan batin dan spiritual dari bertemu banyak orang disini," tegas dia.
Namun yang paling utama, Iswadi tentu tidak lupa bahwa gelaran yang memasuki tahun ketiga ini dihelat demi menghidupi dunia teater di Lampung pada khususnya dan nusantara pada umumnya.
"Semua ini kita lakukan untuk kehidupan teater. Hanya anak teater yang paham ini, karena ini terkait sikap dan pembentukan karakter," pungkasnya.
Diketahui tidak kurang sepuluh kelompok teater ambil bagian dalam gelar karya panggung perempuan se-Sumatera Kala Sumater III. Diantaranya yaitu Impas STAIN Metro, UKM FKIP Unila, Teater Rumah Mata Medan, Sambilan Ruang Padang Panjang, Teater Tonggak Jambi, Teater Selembayung Riau, Teater Kentroeng Rock n Roll Solo, Teater Komunitas Seni Lima Nol Satu Palembang, Teater Kedai Proses Bengkulu, dan Teater Satu Lampung.
Mereka silih berganti akan menampilkan karya yang diadaptasi dari naskah drama lokal maupun internasional. Penampilan tersebut berlangsung sejak 10-14 Desember 2013 di teater tertutup Taman Budaya Lampung pada pukul 14.00. (*)
Jumat, 06 Desember 2013 0 komentar

Komunitas Seni 501 Palembang Pentaskan BUNTUNG

http://kabarsumatera.com/2013/12/komunitas-seni-501-unjuk-kebolehan/
Kamis, 26 September 2013 1 komentar

PERTIKAIAN SPERMA



Karya
icalwrisaba@yahoo.com
Dari kamar 69
…..sebelum anda semua terlalu jauh membaca apa yang saya ingat dari apa yang pernah terjadi, izinkan saya meminta maaf pada semua mahluk bernyawa, berperasaan, dan berpikir.Terutama saya minta maaf kepada Tuhan saya….
Entah, apakah semua ini benar atau justru sebuah kesalahan fatal yang tidak patut dikisahkan. Tapi yang pasti slide-slide masa lalu terus berlintasan didalam hari saya. Memaksa saya hadir ditengah keanehan zaman yang kian menggeliat. Terserah, bila setelah membaca semua ini jika anda ingin menghujat, menghina, mencaci maki atau bahkan membenci saya sekalipun. Sungguh, atas nama Tuhan. Saya tidak akan marah pada anda, dan tidak akan menuntut anda dengan pasal apapun, seperti yang banyak dilakukan orang ketika aibnya terkuak.
Sebelum anda menyelesaikan cerita ini lalu kemudian menghujat saya. Izinkan saya bertanya kepada anda, dan saya berharap anda menjawabnya dengan jujur sekaligus iklas. Saya ingin anda memikirkan baik-baik jawaban anda, ingatlah bahwa setiap perkataan pasti akan diminta pertangung jawaban. Pertanyaan saya adalah apa anda sayang pada anak-anak anda?.Ingat, pikirkan baik-baik jawaban anda. Jika jawaban anda iya, maka tentu saja anda sedang menghadapi tugas yang sangat berat. Anda harus bersedia melimpahkan seluruh waktu anda untuk anak-anak anda, memperhatikan keadaannya, musti tahu apa yang dikerjakannya, harus tahu semua aktifitasnya. Mungkin terlalu berat, dan bila anda ingin mengacuhkan anjuran saya, silahkan karena itu hak anda. Tapi bila terjadi sesuatu pada anak anda jangan menyalahkan saya.
Baiklah, silahkan anda sekarang memuaskan hasrat ingin tahu ana tentang semua ini. Dan apabila nanti ada hal yang anda rasa sama dan pernah anda lewati, silahkan anda mengambil sikap terbijak anda.
***

Adi Prahara Saputra, umurnya enam belas tahun. Ia sekarang duduk dibangku kelas dua SMA. Adi adalah putra tunggal saya. Begini, ini semua berkaitan dengan masa remaja saya. Saya anak kesayangan dari kedua orang tua saya. Sama seperti saya dan istri yang begitu menyayangi Adi.
Usia saya saat itu kira-kira sama seperti usia anak saya sekarang. Saya masih ingat satu hal, siang itu sepulang sekolah saya langsung tertidur. Dalam tidur itu, saya mimpi yang sangat indah. Mimpi itu baru pertama kali saya alami. Mungkin anda sudah bisa menebak mimpi apa yang saya maksud. Heheh..iya benar, saya mimpi basah. Akirnya saya bisa menikmati juga seperti apa mimpi basah itu, karena sebelumnya saya hanya mendnegarkan cerita teman-teman dikelas. Tapi saya masih belum paham kenapa mimpi itu bisa terjadi, tapi yang pasti saya menikmati mimpi itu. Sungguh.
Kemudian saya keluar dari kamar, lalu mendekati Papa.
“ Pa, mengapa mimpi basah terjadi ?”
Papa tertawa terbahak-bahak. Saya begitu dekat dengan Papa saya. Kami selalu cerita banyak hal. Dari ilmu yang saya pelajari bahwa mimpi basah itu suatu proses dalam diri manusia terutama pada anak lelaki, dimana sel sperma mengalami kematangan dan meningkatya produksi hormon testosterone yang diikuti dnegan kesiapan organ tubuh untuk memuntahkannya. Tapi , Papa tidak menjawabnya begitu.
“ Karena anak Papa sudah baligh” sekurangnya begitulah jawaban Papa.
“ Itu cuma untuk lelaki saja? “
“Tidak, anak perempuan juga akan baligh” .Papa tersenyum, yang membuat saya sedikit menyesal menceritakan hal mimpi basah padanya.
“ Ingat, jangan main-main dengan kelaminmu. Kamu harus menjaganya dari segala hal buruk, sekecil apapun.”
Kemudian saya kembali kekamar. Saya cermati ucapan Papa barusan. Papa bilang saya harus menjaga organ vital saya. Rasanya sudah cukup baik saya menjaganya. Setiap pagi saya selalu gantu Underwear, lalu pakai boxer, kemudian baru celana panjang. Aduh Pa, bukan itu jawaban yang saya inginkan. Lalu saya mengintip kelamin saya dari balik celana, dan uhhh…cairan putih lengket yang menjijikan membuatku lari kekamar mandi. Seperti kata Papa, saya musti membersihkannya.
***
Udara masih lembab, embun masih menempel didaun palem depan kelasku. Dibangku kedua dari barisan kiri ruang kelas, Rizki duduk sambil menatap halaman facebook dari handphonenya. Dia teman sekelas yang paling akrab dengan saya. Saya jadi tertarik untuk memperbarui status juga.
“ Mimpi basah yang aneh ?”
Status anda sudah diperbarui, pemberitahuan dilayar handphoneku. Saya masih memikirkan ucapan Papa kemarin sore, juga masih sangat mengganjal tentang mimpi basah yang aneh itu.
“ Jiahhhh…yang mimpi basah” Komentar Rizki di statusku.
Belum sempat saya membalas komentar di akun facebook saya, bel tanda pelajaran dimulai sudah mendesah panjang.
“ Kok, tidak balas komentarku? “ Tanya Rizki
“ Belum sempat”
“ Gimana kalau kita cerita dirumah saja nanti”
“ Boleh juga”
“ Sipp..” Rizki menepuk pundakku.
Ini malam minggu. Setelah pamit pada Papa juga Mama, saya langsung menghampiri Rizki yang sudah dari tadi menunggu. Dalam satu bulan ini hampir tiap malam minggu saya habiskan bersama teman saya ini. Kadang dia yang menginap di rumah saya dan sebaliknya seperti malam ini.
Sesampainya dirumah Rizki, kami langsung masuk kamar. Sangat rapi dan bersih, tidak seperti kamar anak lelaki pada umumnya yang semerawut, di kamar Rizki semua tersusun pada tempatnya. Saya pinjam laptop Rizki, memutar lagu dari Playslist.
“ Kaukan selalu tersimpan dihatiku, meski ragamu tak dapat kumilikki”
Lagu terbaru dari duet yang jadi perbincangan infotaiment. Rizki muncul dari pintu dengan dua gelas minuman dan kue bikinan mamanya.
“ Kau yakin baru kali ini?”
“Sumpah. Saya juga aneh “ jawab saya
“Siapa yang ada dalam mimpimu ?”
Pertanyaan itu tidak langsung saya jawab. Saya yakin tentu Rizki akan kaget dan mengolok-olok jawaban saya. Begitu juga anda, pasti akan terbahak-bahak sekaligus aneh bila saya menjawabnya. Saya terdiam, mencari-cari jawaban. Papa mengajarkan saya untuk jujur dalam segala hal.
“ Rian “
“ Apa ?. Rian ketua Osis yang jadi icaran para cewek di sekolah kita karena terkenal pintar dan gateng itu ? “
Pasti anda berpikir kalau Rizki mentertawakan saya. Awalnya saya juga berpikir begitu. Tapi ternyata tidak, sama sekali tidak begitu. Tatapan mata Rizki begitu tajam kepadaku, senyumnya mengembang, ketampananya terlihat. Saya tidak berani menatap pandangan itu.
“ Saya juga mengalami hal yang sama denganmu. Hanya saja beda orang”
Bukan kalimat yang direkayasa. Itu jelas seklai terdengar. Saya percaya jika Rizki sedang tidak berbohong, karena saya tahu dia tidak pintar merangkai kata.
“ Siapa yang ada dimimpimu?”
“Kamu !” Jawabnya lembut sambil menunduk malu.
Kedua bola mata saya terbelalak seperti ingin meloncat dari tempatnya. Seketika suasana hening. Ini benar-benar aneh. Saya semakin tidak mengerti dengan semua yang terjadi, kenapa semuanya bisa sama dan kebetulan. Apa yang sebanarnya terjadi pada kami. Apakah semua ini wajar ?, kemana kami harus membawa semua keanehan ini?.
“ Pernah nonton film biru?” Rizki pecahkan sepi.
“ Belum” Jawab saya tergagap.
Memang saya tidak pernah menonton film jenis itu. Disekolah juga teman-teman sering cerita tentang film biru. Tapi saya tidak begitu tertarik, bukan karena saya anti, tapi karena saya selalu ingat pesan Papa. Saya terima tawaran Rizki untuk nonton film itu bersama-sama, ia punya banyak film biru yang di unduhnya dari situs internet.
Saya tidak tahu judul film itu, yang saya ingat adalah ketika kami secara bersamaan bilang “ Keren badan pemain cowoknya”, ucapan itu muncrat begitu saja dari bibir kami ketika adengan film telah mulai. Lima belas menit berlangsung, adengan film itu semakin memanas. Jujur badan saya panas dingin menyaksikan tubuh manusia saling menyerang penuh gairah di film itu. Otak saya bekerja lebih cepat memacu folikel stimulant hormone, darah mengalir deras dari sel-sel kelaminku dan membangkitkan tidur kelakianku. Saya jadi serba salah, begitu juga dengan Rizki. Dan tahukah anda apa yang terjadi?
Bukan…bukan seperti yang terpikirkan oleh anda bahwa kami onani bersama. Lebih jauh dari itu. Setan mengangkangi ubun-ubun, membunuh nyawa iman kami. Kami larut, bergumul, menyatu, saling menyerang. Dan ketika setan terkekeh diatas puncaknya, kami berjatuhan dengan napas yang terengah-engah, selesai….!. saya tidak habis pikir kenapa semuanya bisa terjadi. Tapi yang pasti saya menikmatinya. Bila anda bertanya kenapa saya mau melakukannya, saya sendiri tahu jawabannya.
Entah berapa banyak kami melakukan kenikmatan semu itu, bukanlah persoalan penting. Yang perlu anda tahu bahwa semuanya terus berjalan sampai kami dibangku kuliah. Anda tidak perlu bertanya bagaimana caranya kami menyimpan segalanya begitu rapat. Dan anda tidka perlu juga merasa heran, oran bilang ini trend yang lagi musim. Benar sekali, saya setuju pendapat anda, ini trend gila.
Oh iya, saya minta izin sebentar untuk ceritakan semua ini. Saya mau makan siang dulu, sebentar saja. Saya juga musti minum obat. Saya berharap anda tetap disana, karena setelah saya makan siang dan minum obat, saya berjanji akan melanjutkan cerita saya. Tunggu ya!
***
Entah mengapa saya tiba-tiba ingin masuk kamar anak saya. Saya ingin memeriksa kamar Adi. Saya harus memperhatikan anak saya dnegan baik. Anda juga harus melakukan itu kepada anak anda, ini semua demi kebagian mereka. Bila ada sesuatu hal yang tidak logis, anda wajib mewaspadainya. Menganalisa seseorang bukan pekerjaan gampang.
Saya memeriksa laptop anak saya kalau saja ia menyimpan film atau foto porno. Saya juga memeriksa dibawah kasur, lemari, tumpukan buku, dan syukurlah hasilnya nihil. Tidak ada hal-hal yang saya khawatirkan dikamar anak saya. Jam menunjukkan pukul satu. Siang hari yang panas. Saya ingat Adi, sebentar lagi dia pulang dari sekolah. Saya bergegas mengambil kunci mobil, berlarian menju garasi.
“ Mau kemana,Pa?” Tanya istri saya.
“Jemput Adi “ Jawab saya singkat
Saya tidak menceritakan apa yang saya takutkan tentang Adi pada istri saya. Biarlah semua saya sendiri yang tahu. Tiga puluh menit kemudian saya sampai disekolah anak saya.kebetulan sekolah belum bubar. Saya menunggu didekat pos satpan sekolah.
“ Sendiri saja, Pak? “ Basa-basi saya.
“ Iya. Jemput siapa ? Satpam itu balik bertanya.
“ Anak saya, Adi “
“ Oh, Adi anak kelas dua !”
“ Bapak kenal ?”
Belum sempat meneruskan obrolan, saya melihat Adi keluar dari kelas. Saya langsung menghampirinya. Kebetulan saya bertemu dnegan guru yang mengajar. Saya kenal guru Adi, kami saling pandang. Ia sempat melempar senyum kepada saya sebelum ia menghilang di pintu ruang guru. Tidak disangka kami bertemu disini, setelah hampir sepuluh tahun tidak jumpa. Ketakutan saya pada Adi semakin menggunung.
“ Papa kok tumben jemput ?”
“ Inikan hari sabtu, jadi libur. Oh iya, guru tadi mengajar pelajaran apa?”
“ Itu namanya Pak Rizki. Dia guru bahasa Indonesia. Adi sennag belajar dengannya, ia baik dan perhatiaan sama Adi “
“ Oh begitu “
“ Papa kenal?”
“ Iya “
“ Kenal dari mana ? “
Maaf, Nak. Papa tidak harus menceritakan bagaimana bisa mengenalnya. Biarlah semua menjadi masa lalu. Papa tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Papa saying kamu, Nak.
***
Ah..ternyata enak juga makan. Sekarang saya akan menlanjutkan cerita sesuai janji saya. Oh iya, sampai dimana cerita saya tadi?. Akhirnya saya sadar jika saya seorang gay. Hubungan saya dan Rizki tersimpan begitu rapi sampai selesai sarjana. Hingga akhirya saya harus memilih, antara Papa saya dan Rizki. Keputusan yang sulit ketika itu, tapi saya berusaha untuk jadi lebih baik. Selain itu Rizki juga musti melanjutkan S2 di luar kota.
Sebetulnya saya tidak ingin hidup seperti ini. Seandainya saja yang cacat itu adalah tangan atau kaki saya. Maka saya bersedia bila tangan atau kaki ini. Tapi yang cacat adalah jiwa saya. Hidup sebagai gay bukanlah sebuah pilihan. Demi nama Tuhan, saya menolak. Nurani saya menjerit, tapi kadang kala saya sangat menginginkan sosok lelaki dalam hari-hari saya. Iya, saya memang gila, bejat.
“ Berubah ?”
Perntanyaan yang baik sakali. Saya juga menyimpan jawabannya. Saya lahir dan besar dalam keluarga yang termasuk taaat dalam beragama. Karena itu saya tahu hukum agama saya, terlebih lagi saya tahu bila Negara saya menolak apa yang terjadi pada kebanyakan orang seperti saya. Berkali-kali saya coba berlari dari kehidupan kelam. Tapi tidak semudah yang terbayang. Entah siapa yang harus disalahkan, saya tidak tahu. Sampai suatu ketika Bapak mengetahui penyimpangan prilaku dalam diri saya.
Karena orang tua saya begitu menyayangi saya. Kemudian Bapak mencarikan jodoh buat saya. Anda salah bila berpikir jika saya menolak anjuran dari orang tua saya. Saya sangat senang, meski dalam hati kecil semuanya hanya sebagai topeng tapi saya tetap berusaha. Celakanya semakin saya berusaha menjauh maka semakin besar keinginan itu. Ironis sekali bukan, saya musti hidup dengan topeng kepribadian. Dan ini menyiksa saya, sungguh!.
Begitulah cerita masa muda saya. Dari semua yang terjadi itu, saya mendapat sesuatu yang berharga sekali. Makanya saya ingin sekali meneritakannya kepada anda. Anda harus tahu dan paham tentang anak anda, jangan hanya mengenali anak-anak anda dari luar saja. Perhatikan tingkah lakunya, sampai hal yang terlihat remeh sekalipun. Seperti yang saya lakukan pada anak saya sekarang ini.
Dalam diri saya berjanji, jika nanti saya menikah lalu punya anak, maka saya akan menjaganya sungguh-sungguh. Mendidiknya dengan sepenuh hati. Apalagi anak saya terglong pandai, dia selalu juara lima besar disekolah. Sepertinya ketularan Papanya yang juga pintar, hee…
***
Suatu ketika saya lagi memperhatikan Adi. Saya terus memperhatikan tingkah lakunya, cara bicaranya, aktivitasnya, siapa saja temannya, kemana saja dia pergi, bahkan sudah punya pacar atau belum saya harus tahu. Dan benar dugaan saya, bibit itu telah tumbuh. Saya jadi ingat masa remaja saya dulu. Tentu saya tidak mau bila putra saya mengalami hal yang sama seperti yang saya lewati. Saya sangat sayang pada Adi anak saya.
Tapi tunggu dulu, anda jangan langsung berkesimpulan jika saya akan melakukan hal yang sama dengan yang Bapak lakukan pada saya. Sama seklai tidak begitu, saya ingin semunya berakhir dan tidak berulang. Saya sangat saying pada putra saya. Sumpah, saya menjadi sangat bersalah atas kondisi jiwa anak saya.
“ Papa tidak ingin kamu menjadi gay, Nak. Papa tidak ingin kamu melalui masa yang sama seperti Papa. Biarlah semua ini Papa yang menanggung” saya terisak diatas sajadah.
Kemudian saya mengikuti anak saya, ketika ia berpamitan untk pergi bersama teman-temannya yang saya curigai bertingkah laku aneh. Saya hanya ingin memperhatikan tingkah laku anak saya diluar rumah seperti apa. Saya harus melakukan semua ini, harus. Anda harus mengerti, bahwa ditinjau secara psikologi bahwa lelaki gay terbagi dua bentuk. Ada yang bersifat egositonik dimana orang yang seperti ini lebih nyaman dan terbuka pada lingkungan atas kondisi yang ia alami. Lalau ada juga yang bersifat egodistonik yakni orang yang tidak nyaman dan cenderung merasa bersalah atas kondisi jiwanya, mereka pun berupaya menyembunyikan kepribadiannya, bahkan ada beberapa diataranya yang sulit menerima hingga melakukan bunuh diri.
***
Malam ini saya sangat gelisah. Beberapa kali saya mondar-mandir didepan pintu kamar anak saya. Jantung saya berdegup tidak karuan. Sejak dua jam tadi Adi tidak keluar kamar, ia bersama sahabatnya yang paling akrab. Demi Tuhan saya seperti bercermin dengan diri saya sendiri. Diam-diam saya berupaya mencari tahu apa yang mereka lakukan didalam kamar. Saya buka pintu kamar dengan kunci duplikat. Dugaan saya benar, ketika pintu terbuka saya mendapati apa yang paling saya takutkan. Setengah mati rasanya, menyaksikan putra semata wayang saya bercumbu dengan teman prianya. Cermin masa lalu itu menampar muka saya hingga pecah berkeping-keping.
Adi kaget bukan kepalang, ia segera meloncat dari tempat tidur dengan pakaian yang setengah telanjang ia lari tunggang langgang keluar rumah. Saya mengejarnya, tapi ia terus berlari menghindar dari kejaran saya. Lalu ketika dipersimpangan jalan semua yang tidak terbayangkan oleh saya terjadi, sebuah benturan keras dari mobil  Xenia melempar tubuh Adi ke trotoar jalan, tanpa prikemanusiaan mobil itu tancap gas dan menghilang.
Darah mengalir dari kepala, hidung, telinga Adi. Cairan merah kental itu terus muncrat, lebih kental dari sperma lelaki ejakulasi. Kejadiannya sangat cepat, cepat sekali. Sepersekian detik lebih cepat dari lelaki orgasme. Adi diam tidak bergerak, ia hanya sempat mengenggam erat tangan saya, sepertinya itulah permintaan maaf terakhir darinya.
Ini semua tidak sesuai dnegan scenario yang saya buat. Rencana saya untuk teraphy kejiwaan anak saya kini tinggal rencana. Impian agar anak saya hidup seperti lelaki normal terbang melayang bersma angina malam yang mengirm kabar duka kerumah kami. Adi tewas dalam pelukkanku sebelum sempat mendapat pertolongan medis.
“ Maafkan Papa, Nak” teriakku sesegukan.
Begitulah ceritanya. Anda tidak perlu bersedih atas tragedy ini. Saya hanya ingin anda dapat memunggut hikmah dari apa yang saya ceritkan. Lalu kalau sekarang anda ingin pergi, silahkan. Memang sudah waktunya anda mengerjakan ativitas anda.Terima kasih telah berkenan menyimak cerita saya. Kalau anda masih penasaran pada saya. Silahkan anda bertemu dengan saya di rumah sakit jiwa, kemiling Bandar lampung. Saya akan menyediakan waktu khusus untuk bertemu anda.
Saya mau tidur…sampai jumpa.. hahha..hahahahah…hahahahah sekarang saya bebas tertawa. Hahahahahahahahahahahahaahahahahahahahahaahahah.

                                       Selesai

Suatu hari, setelah riset pada pelaku seks menyimpang selesai
Huftt….cerpen ini juga selesai.
-Ical Wrisaba-








Minggu, 22 September 2013 0 komentar

BUNTUNG

Adaptasi Malam Jahanam Karya Montinggo Busje
dipentaskan  Oleh Komunitas Seni 501 Palembang di Graha Budaya -Jakabaring Palembang (29-30 November 2013) & Taman Budaya Lampung (10-15 Desember 2013) Dalam Rangkaian Kegiatan PANGGUNG PEREMPUAN -KALA SUMATERA 2013


Ini adalah cerita tentang kehidupan masyarakat perkotaan. Sebuah kenyataan, dimana kemiskinan hidup bertaruh melawan kemegahan kota. Tingginya angka pembangunan, merubah palembang menjadi kota seribu ruko. Akan tetapi celaka, maraknya pembangunan tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Hingga akhirnya ketimpangan sosial menjadi potret buram perkembangan kota.
Adalah komplek rumah susun. Sebuah lingkungan sosial masyarakat yang didalamnya hidup beraneka ragam kehidupan. Mulai dari kehidupan pelajar, mahasiswa, pelacuran, perjudian, narkoba, perampok, ustad, sampai prilaku seksual yang katanya menyimpang juga tumbuh didalamnya.
Masyarakat disini biasa berbicara keras dengan mata yang tajam mengesankan darah yang keras. Tetapi dibalik itu semua terdapat kelembutan hati dan ketulusan, meski ketulusan yang  agak bodoh.

I

Cerita dalam adegan ini dimulai dengan sebuah siluet pembunuhan. Tampak seorang perempuan duduk diatas sebuah kursi, lalu muncul seorang lelaki dan mendorongnya dari belakang sampai jatuh dan tersungkur. Seorang bocah setengah waras melihat adegan pembunuhan itu, lelaki itu mendekatinya dan mencekik lehernya sambil mengancam.

II
Malam ini blok rumah susun tampak sepi. Semua penghuni sepertinya melihat orgen tunggal yang digelar di seberang rusun. Suara house musik terdengar kencang.
Sebuah motor terparkir dilantai dasar rumah susun. Dari nomor polisinya tampak jelas itu motor milik SOLEMAN, seorang pemuda berumur yang tinggal di lantai 2. Beberapa saat kemudian muncul dua orang lelaki, dari prilakunya sepertinya mereka pasangan sejenis. Mereka menuju salah satu kamar blok.

Seorang perempuan muda keluar dari salah satu kamar blok rusun. Perempuan itu terlihat memaki-maki seseorang yang ada didalam kamar. Tak ada yang merespon teriakan perempuan itu, bahkan kedua lelaki pasangan sejenis itu pun hanya melihat sepintas. Karena tidak seorangpun peduli perempuan itu pergi entah kemana, suara makiannya terdengar samar.

Perempuan :
anjing kau tuh dasar, nak lemak bae. Aku biso ye cari lanang yang lebih dari kau. Matilah kau gancang ye.

Kembali sepi memasung blok rumah susun. Suara music dari orgen tunggal diseberang terdengar sayu di kejauhan.

Tiba-tiba kesepian dipecahkan dengan suara JUBAI yang menyenandungkan NENGGUNG MATO untuk menidurkan anaknya. Suara itu terdengar begitu menyanyat hati.




Nenggung Mato:
Jalan-jalan ke pasar kuto
Ke pasar kuto langsung ke pusri
Nak tidok, tedoklah mato
Besok kito maen lagi

Tenang nian sungai ogan
Lemaknyo mancing juaro
Dicium pelan-pelan
Biar dak abis pupurnyo

Ini dio benteng kuto besak
Dibangunyo jaman belando
Anak lanang cepetlah besak
Biar pacak bantu wong tuo

Suasana kembali sepi. Sepertinya bayi JUBAI sudah tertidur. Kemudian terlihat CAHBONG keluar dari rumah MAT TERABAS sambil tertawa-tawa. Tidak berapa lama kemudian JUBAI keluar menyusul CAHBONG sambil marah-marah.

JUBAI
(terdengar dari dalam rumah) Kurang ajar, dasar katek akal nian budak sikok itu. (berlari menuju pintu ) Hey… kutil gondang, nak belari kemano kau?

CEBONG
( gaya buyan ) Idak nak kemano-mano, nak disinilah. Kalo bae ado wong lewat, nak minta rokok aku.

JUBAI
( menirukan omongan Cebong) idak nak kemano-mano, nak disinilah. Meleng mato kau belari. Hey umang-umang, piring bekas kau makan tuh urusi dulu, jangan abis makan kau tarok pucuk TV.

CEBONG
Oh nyuruh nyuci piring, ku kiro tadi takut jauh dari aku. Maaf cek lupo.

JUBAI
Alangke lemak rasan kau, lah kenyang ngomong lupo, kupiteske jugo kau nih, dem cucilah sano.

Cahbong masuk kedalam rumah. Jubai berjalan menuju bangku kayu didepan blok rumahnya. Duduk bernafas lega, memandangi langit yang dipenuhi bintang-bintang. Suara orgen tungal terdengar sayup-sayup di ujung jalan. Tidak berapa lama kemudian Cahbong muncul kembali, membawa botol susu si bayi.

CEBONG
(sambil mengisap botol susu kosong) Si kecik tedok lagi, kepalaknyo masih panas.

JUBAI
Oi dah kemano lanang sikok itu lah malem belom balek

CEBONG
Siapo yang di omongke tuh cek.

JUBAI
Mat Terabas lah, siapo lagi memangnyo.


CEBONG
Nah..kalo lah tempat betino lain. Cek Jubai pulo alangke sangarnyo, cak induk singa kalo ngamuk.

JUBAI
Ai betino mano nian yang galak samo dio, aku nih sabar bae betahan samo dio tuh. Madaki pulo pegi dari pagi, jam cak ini belom balek

CEBONG
Kalo nyasar dio cek, memangnyo kemano dio tuh?

JUBAI
Kato dio tadi nak ziarah ke kuburan emaknyo. Tapi dak balek-balek, apo dio lah masuk dalem kuburan itu pulo. Atau jangan-jangan dio nih maen judi, kalo idak tuh pegi ke orgen, atau biso jadi dio nih ke…….

CEBONG
( botol susu kosong yang dimainkannya jatuh. Ia bermaksud mengambilnya ) kalo dak tuh dio tecampak di sungai

JUBAI
( kaget mendegar suara botol jatuh. Marah melihat botol susu anaknya dimainkan) Astagfirullah halazim….botol susu itu ngapo kau maenke.

CEBONG
Apo dio cek alangke sirunyo !!!!

JUBAI
Heyyyyy..lancang kau ngomong alangke sirunyo….botol susu anak aku tuh ngapo kau maenke.

CEBONG
Diokan lah tedok cek. Lagi pulo, aku kan pengen jugo minum susu.

JUBAI
Apo uji kau pengen minum susu, itu nah kau minum susu banci.( merampas botol susu dari tangan Cebong) sinike, kagek anak aku laju melok-melok lolo cak kau gara-gara minum susu dari botol bekas gigitan kau.

Tiba-tiba suara bayi mengejutkan Jubai

JUBAI
Nah laju anak aku bangun lagi, kau pulo rebut nian, pegilah sano. ( berlari kedalam )

CEBONG
Awak mulut dio dewek ribut, nyalahke wong… lah gilo…(tertawa sendiri )

Cebong pergi perlahan sambil meledek Jubai. Ia melepas kaosnya dan mengikatnya di kepala, sehingga kegilaanya semakin terlihat. Ia berjalan tanpa tujuan, dan menghilang di balik malam.








III

SOLEMAN muncul dari dalam rumahnya, melihat sekeliling yang sepi. Kemudian ia duduk di bangku, satu kaki ia angkat ke bangku. Mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Asap rokok mengepul. Pandanganya menatap ke pintu rumah Mat Terabas, sambil tanganya sibuk menapak nyamuk yang mengigit kakinya. Ia tampak menggaruk-garuk bekas gigitan nyamuk. Kembali dihisapnya rokok,pandangannya menoleh ke arah suara di kejauhan. Suara itu adalah suara PAK HUSEN seorang lelaki tua yang agak tuli dan juga rabun, ia seorang petugas keamanan blok di lingkungan rumah susun yang setiap saat patrol sambil membawa kaleng yang selalu dipukul-pukulnya.

PAK HUSEN
Diingatke ….bagi penguhuni rusun…sudah jam sembilan…yang motornyo belom di kunciiiiiiiiiii…kunciiii lah duluuuuu….kalo ilang dak katek gantiiiiiii….(soleman merasa terganggu dengan suara dari pak husen )

SOLEMAN
Oi mang, aku lah berapo kali ngomong..kalo lewat sini dak usah besak-besak suaro tuh, kalo gek putus pulo urat leher tuh.

PAK HUSEN
Apo dio? Urat siapo yang kau omongke besak tuh ?

SOLEMAN
Nah lah tuo, pekak pulo nih….maksud aku, mamang tuh dak usah tejerit kuat-kuat kalo lewat sini.

PAK HUSEN
Ohhhhhh…iyolah..gampanglah itu, pacak di ijoke. Kau ngapo teceragak di situ cak bekicot mabok….idak nonton orgen tunggal di seberang tuh apo?

SOLEMAN
Idak, males aku.

PAK HUSEN
Oi rugi kau dak nonton, biduannyo cantik-cantik…pake rok cuma 3 jari dari pinggang galo. Biasonyo kau paling duluan mun ado orgen, sampe kadang orgennyo lah bubar kau masih bejoget dewek.

SOLEMAN
Oi lah tuo banyak oceh nih, meningke kepala bae..belarilah sano

PAK HUSEN
(kembali dengan suara khasnya pergi menghilang)

Soleman bisa bernafas lega. Ia mengeluarkan pisnag dari saku bajunya. Tiba-tiba datang Cebong sambil tertawa-tawa. Melihat Soleman makan pisnag, ia bermaksud minta bagian.

CEBONG
Man…minta oi sedikit.

SOLEMAN
Tukang kerok sikok ini pulo datang. ( langsung melahap habis pisangnya dan melempar kulitnya)

CEBONG
(memparhatikan kulit pisang dengan kecewa )  Kalo cak itu minta rokok bae, abis makan..belom ngudut..aseem nah.

SOLEMAN
Ui..sempak banci sikok ini, jiwa peminta nian kau nih. (mengambil rokok dan melemparkannya ) nah..belarilah, kuterajangke bae laju kagek kau.

CEBONG
( memungut rokok ) Terimo kasih CS, kudoake kau cepet bebini.

SOLEMAN
(marah) Nah..kuterajangke nian, ngolahke pulo nih.

Secepat kilat Cebong pergi, sambil tertawa-tawa. Jubai yang mendengar suara berisik muncul di pintu rumahnya.

JUBAI
Ado apo, Man. Alangke pecak sirunyo, lah tengah dalu cak ini.

SOLEMAN
Itu nah jahanm duo ikok itu, ngeselke aku bae.

Soleman duduk kembali ke bangkunya. Jubai duduk di bangku depan rumahnya. Soleman memandangi Jubai, tetapi Jubai menghindari pandangan itu dengan mengambil pakaian di jemuran yang belum diangkat.

SOLEMAN
( masih memandangi Jubai, dan kembali menghisap rokonya ) Belom tedok apo, Bai ?

JUBAI
( terkejut, membalas pandangan ) Eeee..belom.

SOLEMAN
Malam ini gelap nian ye..

JUBAI
Iyo…samo cak hati aku yang gelap gulita.

SOLEMAN
Ngapo ngomong cak itu, lagi ado masalah cak nyo?

JUBAI
Ai kau cak dak tau bae man, biasolah.

SOLEMAN
Kau tedenger suaro orgen dak?

JUBAI
Iyo tedenger, katonyo orgen pesona yang maen. Kau dak nonton apo, man ?

SOLEMAN
Idak ai, males..ngantuk pulo, semalem begadang maen empat satu smao laki kau.

JUBAI
Kau pulo meladeninyo, tambah laju dio.
SOLEMAN
Ngapo kau cak merengut tuh, mikirke apo nian kau tuh?

JUBAI
Sih kecik sakit, Man. Badannyo panas nian,

SOLEMAN
Lah kau bawa ke puskesmas belom budak tuh?

JUBAI
Ai, boro-boro nak bawanyo ke puskesmas…laki aku bae la jam cak ini belom balek. Sibuk dengan gawenyo bae…lemak pulo kalo balek bawa duit.

SOLEMAN
Ai…tiap hari kau ngeluh cak itu, Bai. Dak sudah-sudah lagi.

Suara tangis bayi menyebabkan Jubai terkejut begitu juga dengan Soleman. Buru-buru Jubai masuk ke dalam rumah. Soleman melihhat sekaliling, setelah memastikan tak ada yang melihat, ia menyusul Jubai kedalam rumah.

IV

Terdengar suara MAT TERABAS di kejauhan menyanyikan lagu dangdut kesenangannya. Tiba didepan rumah SOLEMAN ia berhenti sejenak.

MAT TERABAS
Man, oi man…lah teduk apo kau?. Peh kito maen empat satu lagi.

Karena tidka ada jawaban, Mat Terabas langsung menuju rumahnya.

MAT TERABAS
(didepan pintu) Jubai…oi Jubai !!!

Karena tidak ada jawaban, ia langsung membuka pintu dan masuk. Tapi tidka lama kemudian ia keluar kembali dengan baju kaosnya yang terbuka. Duduk di bangku depan rumah sambil mengipas-ngipas baju menghilangkan keringat. Soleman muncul dari samping rumahnya.

MAT TERABAS
Dari mano kau,Man ?

SOLEMAN
Nahhh…lah balek kau, Bas…masih ingat rumah?

MAT TERABAS
Yoh masih ingatlah….kau tuh dari mano, cak metu dari bucu situ.

SOLEMAN
Abis beli obat nyamuk, dak tahan aku..alangke banyaknyo nyamuk. Sekalian beli rokok.

MAT TERABAS
Nah kalo cak itu cubo minta dulu rokok kau tuh.( Soleman mengeluarkan sebungkus rokok yang masih belum di buka. Mat Terabas mengambil sebatang dan mengembalikan sisanya) Man kau tahu dak?

SOLEMAN
Ai sudahlah, pasti nak ngomongke barang antik lagi kan ?

MAT TERABAS
(tertawa) Dari mano kau biso tau?

SOLEMAN
Aku la hapal, Bas. omongan kau tuh dak jauh-jauh dari barang antik, aman dak tuh becotang. Sudah-sudahlah pulo kau ngurusi barang antik cak itu, banyaklah bohongnyo. Di loloke wong bae kau tuh.

MAT TERABAS
Tapi sekali ini kau salah tebak. Aku bukan nak ngomongke barang antik ataupun nomor togel yang keluar besok.( menghisap rokoknya kembali) Cak ini, Man. Tadi aku ketemu kawan lamo aku, katonyo dio minta carike tokek yang kepalanyo duo. Nah kalo ado lokaknyo, ado cino dari Malaysia yang siap belinyo berapo bae kito nak jual. (melihat soleman yang hanya diam) ai kau cak dak percayo omongan aku tuh, Man.

SOLEMAN
Oi percayo bae aku samo kau tuh. Tapi kau tahukan, kalo anak kau lagi sakit?

MAT TERABAS
Ai teseralah..ado emaknyo yang ngurus. Kagek jugo bakal sembuh dewek.

SOLEMAN
Iyo kalo sembuh. Kalo dak sembuh cak mano?

MAT TERABAS
Maksud kau mati ?

SOLEMAN
(mengangguk )

MAT TERABAS
Ai dak mungkilah, Man.

SOLEMAN
Terserahlah kau, yang penting kau la ngenjuk tau. Kau piker be, nabi bae pacak mati.

MAT TERABAS
Ai pokoknyo si kecik dak boleh mati, dio tuh anak yang paling aku banggake.

SOLEMAN
(tertawa mengejek )

MAT TERABAS
Ai caknyo kau tuh nggejek aku ,Man.

SOLEMAN
Ai bukan ngejek aku nih, cuma ngenjuk tahu bae…madaki kau dak sayang samo anak kau

MAT TERABAS
Oi sayang nak matilah aku samo anak aku tuh.

SOLEMAN
Kau dak sayang apo samo bini kau?

MAT TERABAS
Sayang jugo aku samo bini aku tuh.

SOLEMAN
Tapi kau pentinglah ngurusi barang antik, becotang kepacakan kau, ini la sibuk nyari tokek pulo. Kemano otak kau

MAT TERABAS
Oi man, aku nih sayang samo anak bini aku. Apo yang ku lakuke ni segalonyo demi anak dan bini aku.

SOLEMAN
Tapi apo yang kau lakuke itu idak pernah dirasoke oleh bini kau, buktinyo sekarang kau baru balek.

MAT TERABAS
Nah kau cak dak percayo nian ye, tunggu. Jubai…oi jubaiiii

JUBAI
(muncul) ngapo pulo aidah?

MAT TERABAS
Aku tadi pas kepemulutan ketemu samo kawan lamo kito, ku omongke kalo sekarang kito la punyo anak.

JUBAI
Sudah, cuma nak ngomong itu bae?

MAT TERABAS
Kagek dulu aku nih belom selesai cerito

JUBAI
Kau dak pernah mikirke kami. Di otak kau tuh cuma barang antik samo becotang tula.

MAT TERABAS
Nah banyak oceh pulo kau nih, dak usah ngurusi gawe lanang. Belarilah sano.

Jubai mkembali masuk kedalam.

MAT TERABAS
Harap maklum bae ye, cak itulah bini aku. Tiap hari ngonggong bae gawenyo.

SOLEMAN
Aku balek dulu, Bas ye…pintu belom ku kunci.

MAT TERABAS
Kagek oi, rumah deket sinilah

Soleman tetap pergi kerumahnya, tapi didepan rumah ia berhenti. Ada hal yang dipikirkannya.

MAT TERABAS
Man..kau marah apo samo aku. Kalo kau minta balekke duit yang kau kalah semalem ku balekke nah.
SOLEMAN
Apo yang sudah ku njuke samo wong, idak mungkin aku ambek lagi ,Bas !

MAT TERABAS
Apo dio maksud kau? Ngomong apo kau nih?

SOLEMAN
Cak ini, Bas. Apo yang sudah kau punyo sekarang, biar cak mano bae…bukan punyo aku lagi.

MAT TERABAS
Ai ngomong apo kau ni, Man. Dak ngerti aku laju ?

SOLEMAN
Kau cak itulah, mano pernah ngerti perasaan wong.

MAT TERABAS
Ai jangan baseng ngomong, Man. Aku nih wong yang paling ngeti tentang segalo hal.

Mat Terabas lalu berjalan ketengah halaman dan duduk di atas motor.

MAT TERABAS
Aku ngerti segalonyo. Aku ngerti pembangunan, aku ngerti hukum, aku ngerti dihianati, aku ngerti agama, aku ngerti korupsi.

SOLEMAN
Dan pastinyo kau jugo ngerti tentang shabu-sahbu? Tentang sakau ?

Mat Terabas jadi ingat suatu kejadian. Ia langsung mendekat ke Soleman dan mendekap temannya itu.

MAT TERABAS
Aku dak galak inget kejadian malam itu lagi man, aku kepengen idup panjang. Kau masih inget galo kejadian malam itu?

SOLEMAN
Iyo

MAT TERABAS
Aku minta tolong samo kau jangan lagi diceritoke masalah aku hampir mati karrno sakau. Kalau kau dak nolong aku malem itu, dak tau lah apo jadinyo.

Mat terabas kembali duduk di bangku depan rumahnya. Ia lama termenung mengingat kejadian yang menakutkan itu.

MAT TERBAS
Man, aku ado cerito.


SOLEMAN
Ai bosen aku denger cerito kau, muter-muter disitulah. ( ia memandangi Mat Terabas )

MAT TERABAS
Aku serius man, aku kepengen jingok anak aku besak, sekolah. Aku beharap sifatnyo samo cak aku.

SOLEMAN
Kalo ternyato sifatnyo cak aku, cak mano na ?

MAT TERABAS
Ai itu dak mungkin , Man. Dio tuh anak aku…namonyo bae samo cak aku…Si Terabass Kecik.

SOLEMAN
Ai sudahlah…pening aku dengernyo, besak gaya bae kau tuh.

MAT TERBAS
Biarlah, terserah aku.

SOLEMAN
Mulai malam ini dak usah lagi kau cerito tentang anak kau, cerito lain bae.

MAT TERABAS
Cerito tentang apolah kiro-kiro, yang seru Man ?

Soleman Pergi kearah pagar. Tiba-tiba dua orang lelaki pecinta sejenis muncul dari salah satu blok. Mereka berjalan keluar. Mat Terabas mengamati keduanya.

MAT TERABAS
Man, kau jingok dak barusan yang lewat tadi. Perasaan aku si Fauzi nih, kalo bawa kawan lanang gonta-ganti terus, nemu dari mano-mano dio nih.

SOLEMAN
Oi jangan galak ngurusi gawe wong. Terserahlah dio nak ngapoi bae, nak bawa lanang, nak bawa betino, ataupun nak bawa setan ke rumahnyo itu urusan dio.

MAT TERABAS
Kau ngapo nak marah aku ngomong cak itu, apo kau nih samo cak Fauzi jugo

SOLEMAN
Bukan cak itu, Bas. Selamo dio idak merugike kito, biar kela bae dio sibuk dengan urusan dio. Kau
Urusi bae anak kau yang sakit itu nah.

MAT TERABAS
                              Kau itu dewek apo gawe nak ngurusi anak bini aku. Giliran aku cerito tentang si kecik kau nak marah, ngomong bae mun kau iri dengan aku.

SOLEMAN
Untuk apo aku nak iri, kau bae galak bohongi diri kau dewek. Kau tuh banyaklah gaya.

MAT TERABAS
Sudah-sudah la man, ngomong bae mun kau iri. Kau irikan karena kau belom bebini, kau iri kareeno aku lah punyo anak. Kau iri kareno kau sellau kalo kalo kito maen empat satu.

Soleman berjalan mendekati Mat Terabas. Awalnya Mat Terabas tampat terlihat takut, tapi ia menjadi heran ketika Soleman tertawa lalu duduk di bangkunya.

SOLEMAN
Ngocehlah terus kau Mat, sampe mulut kau bebusa.

MAT TERABAS
Yo sudah dak usah bahas tentang anak aku lagi, kito cerito tentang bini aku bae. Kalo uji kau cak mano bini aku tuh, Man ?

SOLEMAN
Cuma sikok jawabannyo, Cantik!!
MAT TERABAS
Bagus ! Terus apo lagi?

SOLEMAN
Menggairahkan !!!

MAT TERABAS
Betul nian, Man. Nah…rencanonyo aku nak belike dio baju Kaftan, cak yang di pake artis tu nah.

SOLEMAN
Ai dak cocok Jubai tuh pake baju model kaftan, dio tuh lebih cocok pake baju model tanktop.

MAT TERABAS
Ai ngerti apo kau tentang betino, kau be belom bebini.

SOLEMAN
Walaupun aku belom bebini, tapi aku tahu cak mano wujud betino yang di omongke seksi tuh, Bas.

MAT TERABAS
Berarti kau senang jingok bini aku tampil seksi dengan baju tanktop cak uji kau tuh.

SOLEMAN
Iyolah pulo, makonyo aku suruh.

MAT TERABAS
( terkejut. Tapi kemudian kembali cair, ia tertawa) Baguslah itu kalo ado yang seneng jingok bini aku yang seksi.

SOLEMAN
Cak mano kalo ado yang cinto samo bini kau, Bas?

MAT TERABAS
Idak masalah, Man. Kareno dengan cak itu wong bakalan seneng dengan aku jugo.

SOLEMAN
Apo lemaknyo punyo bini, Bas?

MAT TERABAS
Oi buyan, kalo lanang yang belom bebini berarti bukan lanang sejati. Cak fauzi tuh nah jadi banci

SOLEMAN
Tapi kalo kito bebini, kito bakal sibuk jagoin anak samo bini. Sampe-sampe kadang kito lupo samo wong tuo kito dewek. Padahal keluara tuh penting, tapi merawat wong tuo jugo penting.

MAT TERABAS
Oh iyo ye jagoin wong tuo, aku jadi inget tentang emak aku.

SOLEMAN
Ngapo dengan mak kau, Bas. Bukannyo dio lah mati sebulan yang lewat. Apo dio ngantu, Bas ?

MAT TERABAS
Bukan masalah dio ngantu, tapi aku meraso ado yang ganjil dari kematiannyo.

Soleman kaget mendengar ucapan Mat Terabas. Kini Mat Terabas masuk kedalam rumah menemui Jubai. Terjadilah keributan di dalam rumah. Soleman masuk kerumahnya, kemudian keluar lagi. Setelah mengunci pintu ia pergi, di tengah jalan ia berpapasan dengan Cebong.

V
Cebong hanya memperhatikan Soleman yang buuru-buru keluar rumah. Lalu ia mendengar suara keributan di rumah Mat Terabas. Cebong mendekatkan telinganya ke pintu rumah Mat Terabas.

SUARA MAT TERABAS
Aku meraso ado yang ganjil dengan kematian emak

SUARA JUBAI
Yang lah dak katek lagi dak boleh di ceritoke lagi, biarlah dio tenang disano

SUARA MAT TERABAS
Tapi aku serius ,Bai. Sudah lamo aku nak ngomongke masalah ini.

SUARA JUBAI
Kito sebagai anak-anak nih, seharusnyo doake wong tuo yang lah dak katek lagi. Apo gawe ngurusi sebab dio mati, lagi pulo lah jelas penyebabnyo..emak stroke…dan tesungkur dari kursi rodanyo.

SUARA MAT TERABAS
Yang aku tanyo, pas hari kejadian itu kau kelayapan kemnao, madaki kau dak tahu. Dak mungkin emak biso tesungkur dewek dari kursi rodanyo.

SUARA JUBAI
Jadi kau nak nyalahke aku dak biso jago emak

SUARA MAT TERABAS
Memang kenyataanyo cak itu.

Mat Terabas keluar dari rumah menuju halaman, Cebong yang dari tadi mendengar keributan dari balik pintu, jadi terkejut ketika Mat Terabas membanting pintu.

MAT TERABAS
(didepan rumah soleman) Man…Man…Oi Man. Aku meraso ado yang ganjil dengan kematian emak aku, Man.

CEBONG
( tertawa )

MAT TERABAS
siapo nyuruh kau ketawo ?

CEBONG
( kembali tertawa terpingkal-pingkal )

MAT TERABAS
Oi setan…diam, kuterajangke kagek kau

CEBONG
Iyo mang idak lagi..(ketakutan)

MAT TERABAS
Ngapo kau ketawo-ketawo? Katek yang lucu di sini.
CEBONG
Jadi emak mamang tuh mati ngantu ye?

MAT TERABAS
Oi lolo nian kau nih, bukan ngantu…tapi aku meraso ganjil dengan kematiannyo.

CEBONG
Aku tejingok waktu tu, pas nyai tesungkur dari kursinyo

MAT TERABAS
Jangan macak-macak kalo dak tahu

CEBONG
Aku serius mang, tejingok nian aku.

MAT TERABAS
Apo uji kau tadi, tejingok pas nyai tesungkur dari kursi rodanyo

CEBONG
Iyo (tertawa)

MAT TERABAS
Kagek dulu jangan ketawo terus, ceritolah dulu.

CEBONG
Untuk apo di ceritoke lagi, nyai kan lah mati jugo.

MAT TERABAS
Kau nak ngolahke aku pulo ye, ku terajangke nian kau.

CEBONG
Sabar mang jangan nak marah-marah, aku bukan dak galak cerito mang tapi aku takut.

MAT TERABAS
Apo yang kau takutke, tenang bae aku pasti melindungi kau

CEBONG
Aku takut kalo ku ceritokee, gek nyai bangun dari kuburan, aku di cekek nyo lagi (tertawa )

MAT TERABAS
Cebong dak usah nak ngolahke aku, ku bantingke tambah begeser otak kau.

CEBONG
Sumpah demi allah mang, aku takut gek di cekeknyo lagi.

Jubai yang mendengar keributan Mat Terabas dan Cebong keluar rumah.

JUBAI
Alangke sirunyo pulo, aku tadikan lah ngomong. Yang sudah mati dak usah di inget-inget lagi.

MAT TERABAS
Tapi aku dak biso tenang kalo dak biso tahu pasti penyebab kematian emak tempo hari.

JUBAI
Emak di alam sano bakal lebih dak tenang, kareno kau dak iklaske dengan kematiannyo. Ado hal yang lebih penting kau pikirke, anak kito tu nah lagi sakit.
MAT TERABAS
Dak usah ngoceh bae kau, diam lah. Ringam aku.

JUBAI
Kalo sampe budak itu mati cak mano?

MAT TERABAS
Kalo mati yo sudah kuburke, lagi pulo itu bukan anak aku.

JUBAI
Apo uji kau (menirukan ) Itu bukan anak aku. Tapi di luar sano kau banga-bangake anak itu.

MAT TERABAS
(salah tingkah) yoh memang dio nak aku, tapi kau jugo harus bantu aku mikirke penyebab kematian emak yang dak wajar.

JUBAI
Kurang gawe, mahap bae. Urusilah dewek. (kembali masuk kedalam)

CEBONG
Kurang gawe, urusilah dewek (tertawa terpingkal-pingkal)

MAT TERABAS
Jadi kau serius tejingok nyai waktu tesungkur?

CEBONG
Iyo serius aku mang, di tesungkur kepalanyo bedarah

MAT TERABAS
Sudah tuh cak mano lagi?

CEBONG
Kursi roda itu nimpo badannyo, sudah tuh nyai dak begerak lagi

MAT TERABAS
Apo lagi sudah tuh?

CEBONG
Sudah tuh aku di cekeknyo….

MAT TERABAS
Soleman mano…mano soleman?

CEBONG
Ngapoi mamang cari dio ?

MAT TERABAS
Aku nak ngajak dio pegi kedukun

CEBONG
Ngapo kedukun, nak di tanyoi ye nyai masuk surgo apo nerako?

MAT TERABAS
Bukan setan, aku nak cari tahu penyebab pasti kematian emak aku. Kalo ternyato dio di celakoi wong, aku nak bales dendem.

Jubai muncul, memperhatikan tingkah laku Mat Terabas dengan cemas.

MAT TERABAS
Man…soleman. Ai kalo pegi bejudi dio nih

CEBONG
Kalo cak itu kito pegi beduo bae, kagek aku rewangi mang.

MAT TERABAS
Yo sudah payo kito berangkat.

Mat Terabas dan Cebong pergi ke tempat dukun.

VI

Seorang perempuan pekerja seks komersil, keluar dari salah satu kamar. Sepertinya ia baru akan berangkat aktivitas malam nya. Dengan dandanan menor perempuan itu berjalan lengak lenggok. Tampak sebatang rokok di tangannya. Jubai keluar rumah, tampak sibuk dengan HP nya. Ia coba menghubungi Soleman. Tetapi HP soleman tidak aktif, lalu ia duduk di bangku depan rumahnya dengan cemas.

WANITA
Oi cek…apo gawe duduk di situ dewekan.

JUBAI
Ai biasolah cari angin bae. Baru nak keluar apo ?

WANITA
Iyo cek, ketedokan tadi. Pegi dulu cek ye

JUBAI
Iyo hati-hati

Terdengar suara Soleman bernyanyi di kejauhan. Jubai buru-buru berdiri

JUBAI
Man…soleman

SOLEMAN
( terkejut dengan keberadaan Jubai) Apo gawe kau di situ malam cak ini, Bai ?

JUBAI
Aku nyari kau dari tadi, ku telpon dak aktif HP kau.

SOLEMAN
HP aku lowbet bai, jadi ku cas di dalem. Ngapo memangnyo?

JUBAI
Man..gawat ini man. Gawat nian.

SOLEMAN
Gawat ?? memangnyo ado apo, Bai?

JUBAI
Mat Terabas..Man. Dio samo cebong lagi ketempat dukun, di kertapati.

SOLEMAN
Alangke jauhnyo, apo gawe pulo kesano tengah dalu cak ini

JUBAI
Dak taulah aku, Man. Katek akal nian dio tuh memang.

SOLEMAN
Kalo aku jadi laki kau, idak mungkinlah aku tinggalke bini secantik kau nih malam-malam cak ini.

JUBAI
Man..

SOLEMAN
Ngapo , Bai ?

JUBAI
Aku tadi takut nian. Aku denger dio bakal bunuh wong. Kau tadi dicarinyo, Man.

SOLEMAN
Ai dak mungkin berani dio samo aku. Apo lagi sampe nak bunuh.

JUBAI
Tapi aku serius,Man. Ini tentang emaknyo.

SOLEMAN
(cemas) Terus apo lagi, Bai. ? bukannyo emaknyo lah sebulan yang lewat mati.

JUBAI
Justru itu, Man. Mat Terabas curiga penyebab kematian emaknyo, dio ngomong ado yang dak wajar. Aku takut nian, Man.

SOLEMAN
Ngapo kau takut, Bai ?

JUBAI
Aku takut samo laki aku man, dio nuduh aku dak jagoi emaknyo. Padahal hari pas kejadian itu aku lagi belanjo ke pasar beli susu anak aku. Terus tuh jugo, dio ngmong kalo emaknyo dka bakal tesungkur dari kursi roda itu kalo dak katek yang dorongnyo dari belakang.

SOLEMAN
Kau meraso dak, dorong nyai dari belakang ( melihat jubai menggelangkan kepala) Nah, yo sudah kalo idak meraso, dak usah takut kau.

JUBAI
Tapi Mat Terabas sering gelap mato, Man.

SOLEMAN
Kau dak usah takut, dio tuh sayang samo kau. Jadi dak mungkinlah dio nak bunuh kau, Bai. Sebesak apo pun kesalahan kau. Pasti di maafkenyo.

JUBAI
( menangis )




SOLEMAN
Sudahlah, Bai. Jangan cak budak kecik. (membelai rambut Jubai menenangkannya ) ( Jubai berlari masuk ke dalam, tapi secepat kilat tangannya di tangkap Soleman. Mereka duduk di bangku) kau dak usha takut, Bai. Aku pasti melindungi kau.

JUBAI
Tapi aku takut kalo dio nyabut goloknyo. (terisak) nianlah, man.

SOLEMAN
Percayola kau samo aku, dio dak bakal nyakiti kau.

JUBAI
Jadi aku harus cak mano kalo dio nanyoi aku? (Soleman terdiam. Ia kemudian berdiri pindah menjauhi Jubai ) (marah ) Kau diam kan? Dak biso jawab.

SOLEMAN
Karno masalah ini jugo sulit bagi aku.

JUBAI
Tapi kau tadi ngomong gampanglah

SOLEMAN
Yoh gampang bagi aku. Kareno aku lanang.

JUBAI
Pokoknyo kito cari jalan keluarnyo, sebelom dio balek

SOLEMAN
Jalan sikok-sikoknyo, yo cuma berhadapan dengan dio.

JUBAI
Maksud kau apo, berhadapan dengan dio?

SOLEMAN
Kalo kau sampe di senggolnyo, aku pecahke rai dio. Kalo kau sampe di lukoinyo sedikit bae. Ku bunuh dio.

JUBAI
Jangan, Man. Kito bakal malu, di usir dari rumah susun ini.

SOLEMAN
Apo boleh buat, Bai. Lah kepalang basah, yo sudah mandi nian bae. Dan aku punyo sejarah turun menurun , Bai.

JUBAI
Sejarah apo, Man?

SOLEMAN
Ubak aku samo jahanamnyo cak aku. Walaupun dio sudah punyo emak aku, tapi dio tetap jahanam. Sudahlah, Bai dak usah di teruske ceritonyo.

JUBAI
Aku dak galak, pokoknyo kau harus cerito masalah yang sikok ini.

SOLEMAN
Pokoknyo aku dak galak, Bai.
JUBAI
Ngapo kau dak galak cerito?

SOLEMAN
(teriak) Kareno betino ubak aku mati, kareno betino ubak aku jadi jahanam.

JUBAI
Apo hubungannyo ubak kau mati, dengan betino?

SOLEMAN
Ubak aku mati di tembak, kareno betino yang di jahanaminyo itu bini polisi. Padahal ubak aku uwong yang berani, dak takut samo siapopun terrmasuk polisi. Tapi aku dak tahu ngapoo dio laju takut dengan pistol api.

JUBAI
Man, Apo kau jugo sekarang meraso takut.

SOLEMAN
Cukup bapak aku bae yang mati tragis cak itu. Walaupun aku mewarisi sifatnyo, tapi aku idaak nak mati cak bapak aku.

JUBAI
Berarti kau bakalan bunuh Mat Terabas laki aku, cak itu?

SOLEMAN
Dak tau lah, Bai. Tapi kalo aku terpakso apo boleh buat.

JUBAI
Jangan, Man.

SOLEMAN
Dio dak bakal beraani samo aku jugo, Bai

JUBAI
Samo kau biso jadi dio dak berani, tapi aku nih betino lemah , man. Cak mano kalo apo yang aku cemaske bener-bener tejadi.

SOLEMAN
Kau jangan taku. Aku siap melindungi kau dari segalo bahayo, Bai.

JUBAI
(pelan) Ngapo kau idak bebini bae, Man?

SOLEMAN
Perkawinan itu cuma ikatan resmi, sedangke selingkuh tuh perkara limo menit. Kau tahu, emak aku jugo jahanam samo cak bapak aku. Oleh kareno itulah aku takut kawin. Aku takut bini aku di jahanami lanang lain.

Soleman berjalan menuju rumahnya, ternyata Jubai mengikutinya.

SOLEMAN
Kau ngapo meloki aku. Manteplah disitu bae.

JUBAI
Tapi aku takut, Man.

SOLEMAN
Pokoknyo di situlah bae, dak lemak kagek kalo tejingok laki kau.

Bentakan Soleman membuat Jubai takut, lalu kembali ke bangkunya. Di bangkunya Soleman tampak tertunduk. Jubai memandanginya.

JUBAI
Man..soleman… (kesal ) Man kau tuh denger suaro aku dak? Nyesel aku sekaraang, Man !

SOLEMAN
(kaget dengan ucapan Jubai, mengangkat kepala memandangnya ) Kau nyesel?

JUBAI
(masih kesal) Yo, aku nyesel nian.

SOLEMAN
Ulangi seklai lagi kau ngomong cak itu.

JUBAI
Aku nyesel ngapo harus jadi cak ini. Lamo-lamo segalo rahasia kito bakal tebongkar. (terisak) tapi terserahlah, yang penting aku sekarang sudah punyo anak.

SOLEMAN
(berdiri) Ngapo baru sekarang kau nyesel, Bai ? (jubai menghapus air matanya) Kau dak usah takut, aku dak bakal ngambek anak itu. (mendekati Jubai, tapi tangisnya kembali pecah) Dulu kau nangis cak itulah, waktu minta anak dengan aku. Sekarang kau nyesel ! bbuat apo lagi kau nyesel segalonyo sudah tejadi. Didalam diri maanusio nih, besak atau kecik pasti ado jahanamnyo. Cuma bedanyo ado yang sanggup menjalankee ado yang dak sanggup. Nah kito beduo, kebetulan wong yang sanggup menjalani kejahanaman itu, bai.

Suasana hening sesaat. Soleman mendekati Jubai dan duduk disampingnya.

SOLEMAN
Sepi nian mala mini, dunia ini cak cuma ado kito beduo bae penghuninyo. (Jubai memandnagi Soleman ) Apo kau takut kematian ( Jubai hanya menganggukan kepala) Mungkin aku jugo cak itu ,Bai. Aku jugo punyo raso takut kalo segalonyo tebongkar. Oleh kareno itu, Kursi roda emak Terabas aku terajangke. Kareno dio buat aku jadi takut.

JUBAI
(sangat terkejut) jadiiiiiii..kau yang nerajangke kursi roda Nyai, sampe dio tesungkur dan akhirnyo mati?

SOLEMAN
Iyo, Bai. Kau masih inget dak waktu dio masih idup, pernah mergoki aku keluar dari kamar kau. Dio jugo pernah jingok kito duduk di bangku depan pas malem minggu sebelom dio mati. Oleh kareno itulah, bai kuterajangke kursinyo sampe dio tesungkur.

JUBAI
Balak besak ini, Man. Gawat nian.

SOLEMAN
Aku dak takut, Bai. ( melihat Jubai dan berbicara dengan gemetar) Aku harus ngadepinyo.

JUBAI
( menangis)

SOLEMAN
Ngapo kau laju nangis? Aku nuruti permintaan kau untuk biso punyo anak, dan sekarang anak itu sudah lahir. Kalo aku mati, berarti nasib aku samo cak ubak aku. Tapi semoga bae si kecik yang neruske sejarah idup aku.

JUBAI
Idak, Man. Si kecik dak boleh jadi cak kau.

SOLEMAN
Itu besak kemungkinan tejadi, Bai. Buktinyo kejahanam aku samo cak bapak aku.

JUBAI
Cukup kito beduo bae yang jahanam terkutuk. Cukup kito bae yang nanggung dusonyo.

SOLEMAN
Itu kareno sekarang kau baru nyesel.

Suasan hening seketika. Terlihat Jubai cemas dan berpikir keras. Tiba-tiba ia seperti ingat sesuatu.

JUBAI
Man, sebentar lagi Mat Terabas pasti balek. Aku taku, Man !

SOLEMAN
Kau dak usaha takut, yang penting kau tenang, Bai.

JUBAI
Kalo aku dipaksonyo ngaku cak mano?

SOLEMAN
Kau omongke bae aku yang dorong kursi itu.

JUBAI
Itu dak mungkin ku lakuke, Man.

SOLEMAN
Ngapo dak mungkin?

JUBAI
( pelan ) Aku dak galak ado yang mati cuma gara-gara aku. Apolagi wong itu kau>

SOLEMAN
Kalo aku harus mati kareno kejahanaman aku, aku iklas Bai.

JUBAI
(menangis) Pokoknyo idak,Man…kau dak boleh mati gara-gara hal jahanam ini.

Terdengar suara bayi yang mengejutkan keduanya.

SOLEMAN
Si kecik nangis, mungkin dio haus Bai.

JUBAI
Biarla kagek dulu, selesaike dulu urusan kito. Kalo dio tanyo ngapo soleman bunuhnyo cak mano?


SOLEMAN
Pertanyaan itu dak usha kau jawab, biar jadi urusan aku. Begancang masuklah sano, si kecik tuh haus.

VII
Jubai segera masuk kedalam. Hanya tinggal Soleman seorang diri yang duduk gelisah sambil menghisap rokok. Lalu ia berdiri dan masuk kedalam rumahnya, tapi baru sebentar ia keluar lagi dan duduk di bangku depan rumahnya. Dikejauhan terdengar suara tawa si Cebong. Soleman mempersiapkan diri.

MAT TERABAS
Ai dah..dasar sialllll…sial nian mala mini !

CEBONG
(tertawa)

MAT TERABAS
Yang sikok ini dimano bae tempat nak ketawo bae gawenyo, dak tau wong lagi pening.

SOLEMAN
Dari mano, Bas?

MAT TERABAS
Dari cari informasi penyebab pasti,ngapo emak aku biso tesungkur dari kursi roda dan mati.

SOLEMAN
Iklaskelah bae,Bas…seharusnyo kau banyak-banyak doake emak kau supayo dio tenang di kuburnyo

MAT TERABAS
Alangke lemaknyo kau ngomong, kau dak mersokenyo, Man cak mano sedihnyo di tinggalke wong tuo mati. Apolagi aku meraso kematian emak aku tuh dak wajar.

SOLEMAN
Gaya kau, Man cak-cak kantap ngomong dak wajar. Itulah kebanyakan nonton berita kriminal kau tuh. Sekalian bae kau gali lagi kuburan emak kau, lakuke otopsi.

MAT TERABAS
Ai menghina kau kau tuh,Man? Apo dio maksud kau ngomong cak itu? Kau memang dak katek perasaan nian sebagai kawan…sedangke budak stress cak ini bae masih dio simpati dengan aku. Iyo kan cebong ?

CEBONG
Iyo mang, aku sedih sekaligus takut.

MAT TERABAS
Kau memang paling oke cebong (melempar rokok) nahhhh …tangkep ini. Bukan cak kau,Man manusio dak katek otak.

SOLEMAN
Sebagai kawan aku cuma ngenjuk saran yang bener,Bas. kalo kau dak terimo yo sudah, maaf bae.

MAT TERABAS
Mungkin omongan aku ado jugo benernyo (tertawa) Kemano kau tadi dak katek pas aku cari-cari kau ? ( soleman tak menjawab ) ini malam yang paling jahanam bagi aku, Man.

SOLEMAN
Ai, jangan galak ngomong cak itu Bas. belom tentu.

MAT TERABAS
Kato siapo belom tentu? Buktinyo pas aku sampe rumah dukun yang biaso meramalke nasib aku, ternyato dio sudah mati seminggu yang lewat. (melihat cebong membakar bangku dengan rokoknya ) Hei….jangan kau bakar bangku itu, buyan. Kurang gawe nian kau nih. Cubo kau panggilke dulu, cek Jubai di dalem suruh sini.

Cebong masuk kedalam. Mat Terabas menyalakan rokok lalu duduk di bangku.

JUBAI
Ado apo nian, alangke pecak sirunyo. Hari la malem cak ini. Ngantuk aku nih.

MAT TERABAS
Oi kau nih alangke cak betakokannyo. Biaso jugo biji mato kau teceger depan TV jam cak ini.

JUBAI
(kesel) Yo sudah ceritolah apo dio yang nak di omongke? Panjang mun kau ngoceh.

MAT TERABAS
Aku nak tanyo samo kau, kiro-kiro bener dak dugaan aku kalo emak matinyo dak wajar?

JUBAI
Aku mano tahu ?

MAT TERABAS
Kau kemano memangnyo pas hari kejadian emak tesungkur itu? (berdirri dan berjalan menuju Jubai ) atau jangan-jangan kau tahu kejadian yang sebenernyo, tapi kau rahasioke dari aku. Ngakulah,Bai?

Suasana jadi sangat mencekam

MAT TERABAS
Ngakulah jubaiiiii….kau tahukana kejadian sebenarnyo ?

SOLEMAN
Payo, Bas adeng-adeng bae…kasihana pulo jingok jubai kau marahi terus.

MAT TERABAS
Kau dak usah melok-melok,Man. Kagek aku laju hilap pulo dengan kau.

Jubai menangis, ia berlari kedalam rumah. Mat Terabas menyusulnya. Cebong masuk ke rumah Soleman setelah diisyartkan Soleman untuk masuk. Tampak Soleman berdiri didepan pintu memperhatikan rumah Mat Terabas.  Terdengar suara keributan antara Mat Terabas dan Jubai.

SUARA JUBAI
Lah ku omongke berapo kali, aku dak tahu. Masih kau naka makso aku jawabnyo.

SUARA MAT TERABAS
Nah dak usah ngotot, jawab dulu, kemano kau pas malam kejadian itu ?

SUARA JUBAI
(terisak) aku kan lah ngomong..aku malem itu keluar beli susu. Kau cak dak percayo nian. Bunuh bae aku nih kalo dak tu, biar kau puas.
SUARA MAT TERABAS
Kau dak usah nantang aku, pecah kepala kau.

SUARA JUBAI
Jadi kendak kau tuh nak cak mano, terabasssssssssss

SUARA MAT TERABAS
Oi binatang tinggal jawab bae apo susahnyo

SUARA JUBAI
Kalo kau masih dak percayo, biarlah aku minggat bae

Jubai berlari keluar sambil menggendong bayinya. Mat Terabas segera menyusulnya.

MAT TERABAS
Dak usah lari kau, setan.


VIII
Jubai membelai kepala anaknya yang menangis. Mat Terabas berdiri didepan pintu, pandanganya ke arah Soleman yang juga berdiri di pintu rumahnya. Dari pandangannya Mat Terabas sepertinya memerlukan bantuan, tapi Soleman membalasnya dengan bersikap masa bodoh.

JUBAI
(menggerutu sambil menangis ) Punyo laki bukan tambah seneng idup aku, idak cak betino-betino lain yang di sayang oleh lakinyo. Setiap hari, dak siang ..dak malam selalu keno marah. Nak besikap cak mano lagi aku nih. Lemak la aku belari bae dari rumah ini.

MAT TERABAS
Man, apo yang harus aku lakuke.

SOLEMAN
( cuek) terserahlah kau, matilah sano.

MAT TERABAS
Yo sudah kalo kau nak minggat, minggat la jauh-jauh. Tapi anak itu dak usah kau bawa, itu anak aku.

JUBAI
Bukan anak kau, ini anak aku..sebab aku yang melahirkenyo.

MAT TERABAS
Apo uji kau, bukan anak aku ?

JUBAI
Iyo memang bukan, nak ngapo…demi dapet dio aku rela ngorbanke segalonyo.

MAT TERABAS
Kalo cak itu memang harus ado korban ( matanya melihat pada Soleman )

JUBAI
Apo maksud kau harus ado korban, bas?



MAT TERABAS
(masih memandangi Soleman dengan tajam) harus ado penyelesaian atas raso sakit hati aku selamo ini. ( soleman tetap tenang ) bener dak apo yang ku omongke ini,Man ?

CEBONG
(tertawa terbahak-bahak) Lucu..hahah..lucu…lucuuuuu niaaaan

MAT TERABAS
Diem kau binatang. Jahanam galo kamu yang ado disini dasar.

SOLEMAN
Itu masalah kau dewek, jadi dak usah kau nak ngajak-ngajak aku.

MAT TERABAS
(pada Jubai) kau sudah buat aku sakit hati. Kau tuh bini aku, tapi kau buat aku kecewa. Padahal aku sayang samo kau.

JUBAI
( memandang kearah soleman, lalu bicara pada Mat Terabas) Kau memang laki aku, tapi raso sayang kau cuma dibibir bae, kau dak pernah ngerti isi hati aku. Jadi kau bukan laki aku.

MAT TERABAS
Ulangi sekali lagi ucapan kau, kalo aku bukan laki kau.

JUBAI
(membelai kepala bayinya) Kau dak pernah tepikir anak ini, tapi di mano-mano kau banggake dio.

MAT TERABAS
Bukannyo aku idak mikirke, kan si kecik tuh cuma panas bae badannyo. Kagek jugo sembuh dewek.

Jubai kini duduk di bangku karena bayinya terus-terusan menangis. Ia tengah berupaya memberikan ASI. Mat Terabas berjalan ke arah Soleman yang berdiri di depan pintu rumahnya. Si Cebong sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

MAT TERABAS
Man..kau tau dak apo yang di omongke emak aku sebulan sebelum dio di temuke mati. “ katonyo kawan yang paling deket tuh, musuh yang paling bahayo”. Menurut kau, Man….apolah maksud emak aku ngomong cak itu.

SOLEMAN
( menghindari omongan dengan Mat Terabas) Pecaknyo sakitnyo tambah parah,Bai. Sini biar aku yang gendongnyo.

MAT TERABAS
( marah karena omongannya tidak diperdulikan) Jangan kau sentuh anak itu. Itu anak aku

JUBAI
Sudahlah, Man..biarlah. aku pacak ngurusnyo. (pada cebong) Cebong…ambekke botol susunyo di dalem.

MAT TERABAS
Apopun yang terjadi samo anak aku, kau dak berhak melakuke apopun. Kareno ado bapaknyo disini.


SOLEMAN
Tapi aku dak tahu kau tipe bapak yang baek atau bukan. Aku cuma peduli samo nyawonyo, kareno dio anak manusio. Itu bae, idak lebih.

MAT TERABAS
Diamlah kau setan, dak usah banyak oceh. Ringam aku.

Cebong keluar dari dalam rumah, mengantarkan botol susu sama Jubai. Lalu ia tampak bercanda dengan si bayi di gendongan jubai.

SOLEMAN
Sekarang apo kendak kau? Sebagai Mat Terabas..wong yang paling cak kantab di seluruh blok rumah susun ini.

MAT TERABAS
Aku nak cari penyebab pasti tesungkurnyo emak aku dari kursi dan mati. Kalo ternyato bener dio bukan campak dewek, alias ado yang dorongnyo. Nak ku hajar wong yang melakuke itu.

SOLEMAN
Kau dak bakalan berani, bas

MAT TERABAS
Kato siapo aku dak berani?

SOLEMAN
Uji aku nak ngapo kau…kau kan wong yang cuma besak gaya bae. Cak paling melawan, tapi otak dak di pakek.

MAT TERABAS
Ai dah kalo bae dukun itu masih idup (soleman pergi menuju rumah) idak mungkinlah jadi cak ini.
(melihat jubai pergi) kau nak kemano,Bai. Kau harus njuk tahu hal yang terjadi sebenernyo.

JUBAI
Aku dak tau

Jubai masuk kedam rumah, disusul oleh Mat terabas. Kembali terjadi keributan antara Jubai dan Mat Terabas didalam rumah.

SUARA JUBAI
Otak kau kemano, segalo wong disalahke

SUARA MAT TERABAS
Tapi biasonyo tebakan aku nih selalu benar, Bai. Ngakulah !

SUARA JUBAI
Kau tu cak kemelawanan dewek…awak mandul, banyak tingkah.

SUARA MAT TERABAS
(marah) dasar setan kau ye, ngomongke aku mandul..kubunuh kau…jangan lari

Soleman keluar dari rumah, menyembunyikan pisau di balik pinggangnya. Jubai berlari keluar rumah dengan sangat takut. Ia menuju Soleman yang berdiri di depan rumahnya.

JUBAI
(teriak ketakutan) Mannnn..tolong aku, manusio katek otak itu nak bunuh aku.
MAT TERABAS
Hey betino laknat, sini kau

JUBAI
(memegang tangan soleman dengan erat) Mannnn..tolong aku, jangan kau diem bae.

MAT TERABAS
Minggir kau , Man. Lepaske jubai, dio bukan bini kau!

JUBAI
Mannn….jangan diem bae oi, jawab man ! (meludahi muka soleman, dan berlari duduk di bangku depan rumah soleman ) binatang kau tuh,diem bae cak patung.

MAT TERABAS
Jubaiii…kau nak balek dak, jangan kau belindung di rumah wong yang bukana laki kau.

JUBAI
( berteriak kesal) oiiii lemak pengecuttt..jawab oiiiii, binatangggggg

Mat Terabas mendekati Soleman yang kini berdiri di halaman.

MAT TERABAS
Berarti kau tahu penyebab emak aku tesungkur dari kursi rodanyo dan akhirnyo mati??

JUBAI
(terisak) Jawab, Man…jawab.. dari pado kau di tujahnyo.

Kini Soleman mendekati Mat Terabas, Jubai sangat ketakutan. Mat Terabas mundur perlahan. Ketiganya saling memandang.

MAT TERABAS
(membalikan badan kea rah rumahnya) Kalo cak itu aku nak ngambek golok. Ku cincang kamu beduo kalo dak katek yang ngaku.

JUBAI
Mat Terabas laki ku (mat terabas memalingkan wajahnya kearah Jubai. Dengan kesal Jubai memandangi Soleman yang hanya diam mematung ) Aku yang dorong kursi roda emak kau.

MAT TERABAS
Biadabbbb (berjalan kea rah jubai ) Ngapo kau dorong?

JUBAI
Kareno emak selalu mato-matoi aku.

MAT TERABAS
Emak mato-matoi kau, maksud kau apo?

JUBAI
Setiap hari emak selalu ngoceh hal yang samo..katonyo” Jadi bini tuh harus biso jago ke hormatan laki” ( menantang Mat Terabas yang semakin mendekat ) sekarang terserah kau, silahkan kalo kau nak bunuh aku…bunuh bas..bunuh.

Soleman hanya menyaksikan pemandnagan dihadapannya, tidak sedikitpun ia bergerak dari posisinya semula. Cebong menyaksikan kejadian itu dari atas bangku depan rumah Mat Terabas.

JUBAI
Hey..lanang pengecut. Kato kau nak melindungi aku, tapi sekarang kau diem bae cak patung banci.

SOLEMAN
( move ) Aku kepengen jingok kau samo Mat Terabas ketakutan samo cak yang di alami bapak aku.

JUBAI
Dak usah banyak oceh, Man. Ngomong bae kau tuh pengecut. Sekarang kau akuilah perbuatan kau tuh, jangan diem bae kau binatang.

MAT TERABAS
Berarti, soleman tahu kejadian yang sebenarnyo.?

JUBAI
Iyo, dio tahu apo yang tejadi sebenarnyo samo emak, Bas

MAT TERABAS
(kesal) Tapi ngapo kau yang ngaku, Bai?

JUBAI
Aku kasihan jingok banci sikok ini, ketakutan Bas.

Ucapan Jubai kali ini berhasil memancing Soleman bicara.

SOLEMAN
Sebenarnyo aku yang dorong kursi roda emak kau ,bas (berjalan pelan mendekati Terabas) Sekarang kendak kau nak cak mano, aku ladeni.

MAT TERABAS
Ngapo kau lakuke hal yang sekejam itu,Man ? Kau takut rahasia kau tebongkar?

SOLEMAN
Iyo..aku dak galak kejahanaman aku tebongkar.

MAT TERABAS
Memang benar dugaan aku kalo emak aku mati dak wajar. Dasar biadab kau,Man…jahanam.

SOLEMAN
Memang aku biadab dan jahanam,Bas…(pada Jubai) tapi kau jugo Jahanam…emak kau jugo jahanam…anak itu jugo jahanam

MAT TERABAS
Jangan kau ngomongke anak aku jahanam

SOLEMAN
Dio bukan anak kau, Bas.

MAT TERABAS
Jangan kau baseng ngomong.

JUBAI
Soleman, sudahlah.


SOLEMAN
Kau dak usha banyak oceh, Bai. Malam ini malam yang menentuke nasib kito betigo. Kau harus tahu,Bas…si kecik itu bukan anak kau.

MAT TERABAS
Kalo bukan anak aku, berarti dio anak siapo?

SOLEMAN
(move ketempat lain) Sebetulnyo kau dewek dak yakin kalo itu anak kau, tapi kau selalu ngomong diluar sano dengan bangga kalo itu anak kau, padahal kau itu lanang mandul. (membalik badan menatap mat terabas) caro kau yang cak itu buat aku sakit ati,Bas. (duduk di bangku ) bangku ini Jahanam, kareno jubai sering duduk disini sampe malem kalo kau dak katek di rumah. Dan aku duduk di sano…kami saling pandang, sekedar melewati malam. (menunjuk mat terabas) Kau jarang ado di rumah itu jugo perbuatan jahanam ,Bas.

MAT TERABAS
Sekarang dak usah banyak oceh, kau njuk tahu bae sebenarnyo itu anak siapo?

JUBAI
Jangan kau omongke, Man

SOLEMAN
(berdiri dari tempat duduknya. Berjalan mendekati Jubai) Ini harus berakhir, Bai (move. Bicara dengan tenang) Kau harus tau bas, sebenarnyo anak itu darah daging aku.

MAT TERABAS
Biadaaaaaaaaaaabbbbbb…jahanam galo kamu beduo. ( berlari menuju rumah, tapi berhenti di pintu dengar suara tangis )

JUBAI
(panik) Mannnn..anak aku nak di bunuhnyo (berlari dan tersungkur)

SOLEMAN
(hanya melihat sepintas Jubai yang jatuh dan pingsan) Kau beteriak minta tolong bawa ke rumah sakit, waktu tempo hari kau sakau. Masih inget itu kau kan,Bas?

MAT TERABAS
(jadi keder mendengar perkataan soleman. Ia lempar goloknya dan memeluk soleman) Man, aku kan lah ngomong jangan lagi kau ceritoke masalah itu.

JUBAI
(bangkit dari pingsannya dan terhuyung menuju bangku. Ia berupaya membuat dirinya sadar)

SOLEMAN
Kau dak jadi nak bunuh aku, Bas?

MAT TERABAS
Aku berutang budi samo kau,Man…kalo dak kau tolong malam itu. Pasti aku lah mati.

SOLEMAN
Tapi dak seru kalo selesai cak ini bae.

MAT TERABAS
(berbicara sambil menangis sehingga apa yang di ucapkan jadi tak jelas) aku dak tahu lagi nak cak mano, apo nian kesalahan aku sampe tuhan menghukum aku seberat ini.

Mat Terabas berjalan kearah pintu, dan berhenti didepannya. Ia bicara pada soleman dan Jubai. Mengambil golok dan mneyarungkanya.

MAT TERABAS
Kamu dak usahlah kubunuh. Masih banyak betino lain di dunio ini, soleman..kau ambeklah Jubai bini aku, kareno kau sudah merampasnyo. Jubai, kau ambeklah soleman..kareno kawan aku sudah merebut kau dari aku. (ia hendak masuk kerumah tapi tak jadi) Dak usahlah pamit, dio jugo bukan anak aku. (berteriak kesel dan sedih) Ambeklah galo oleh kamu, puas kamu beduo ngancurke idup aku.

XI

Mat Terabas berjalan keluar sambil menangis sesegukan, ia menghapus ai matanya dengan bajunya seperti anak kecil.

MAT TERABAS
Aku nak balek kedusun, malem ini jugo.

Cebong keluar dari persembunyiannya. Soleman dan Jubai tidak melihatnya.

JUBAI
Man…cak mano ini jadinyo.

SOLEMAN
Dak taulah, Bai…barangkali dio bunuh diri. Aku nak nyusulnyo dulu.

JUBAI
(berlari memeluk Soleman) Jangan pegi, man…jangan kau tinggalke aku dewekan disini.

Cebong tertawa melihat kemesraan Jubai dan Soleman. Keduanya terkejut dan saling melepas dekapan itu. Cebong berlari menyusul Mat Terabas.

JUBAI
Kau nak kemano, Man??

SOLEMAN
Dio kawan aku, Bai. Aku dak mungkin biarke dio mati bunuh diri. Aku nak jemput dio untuk kau, kareno kau bukan punyo aku yang sah.

JUBAI
Jangan kau tinggalke aku samo anak kito disini, Man.

SOLEMAN
(mendangar suara tangis) Anak kito nangis, Bai

JUBAI
Sakitnyo makin parah barang kali, kito bawa dio berobat.

SOLEMAN
Iyo..kito bawa dio ke klinik 24 jam bae. Payo

Soleman dan Jubai masuk kedalam.




XII

Soleman buru-buru keluar, ia merogoh kunci motor di saku celananya.

SOLEMAN
Kau siap-siaplah, Bai…aku ngidupke motor dulu

Soleman berjalan kearah motornya yang di parker depan rumah kemudian menyalakannya. Tiba-tiba terdengar suara Mat Terabas di kejauhan. Soleman terkejut dengan kehadiran Mat Terabas yang membawa golok. Di belakang Mat Terabas tampak Cebong.

MAT TERABAS
(tertawa) Soleman, nak lari kemano. Kau kiro aku bakal segampang itu nyerahke bini aku samo kau ?

SOLEMAN
Aku bukan nak belari, tapi nak nganter si kecik ke klinik.

CEBONG
Dak usah percayo, mang. Dio pasti nak minggat kareno takut.

SOLEMAN
Cebong, kau dak usah macak-macak…nak cari masalah kau dengan aku

MAT TERABAS
Kau kiro aku ni siapo?...kau kiro biso aku balek ke Lahat malam hari cak ini? Kau kiro emak bapak aku dak tanyo pas aku balek idak bawa anak bini? Kau kiro aku dak pengen bahagia idup smao anak bini aku?

SOLEMAN
Sabar dulu,Man…

CEBONG
Lanjekalah mang, kocek palaknyo.

SOLEMAN
Cebong…kau berani samo aku ye sekarang.

CEBONG
Iyo, sekarang aku berani samo kau…selamo ini aku kau ancam nak di bunuh kalo aku cerito tentang kejahanaman kau dorong kursi nyai.

SOLEMAN
Nyari balak kau samo aku caknyo kau ye…

MAT TERABAS
Adang sebelah sano , Bong..jangan sampe dio belari.

Jubai muncul di pintu kemudian menutupnya lagi dengan sangat ketakutan.

CEBONG
Bedoa lah supayo kau masuk surgo, man



MAT TERABAS
Selamo ini aku galak pegi tuh, nyari golok yang paling tajem di Tanjung batu untuk nebas batang leher kau…dan almarrhum emak aku dulu pernah cerito..kalo dio mergoki kau beciuman samo bini aku di kamar…..biadab kau man.

Soleman berupaya melarikan diri, ia terjang Cebong sampai tersungkur. Kemudian ia lari tunggang langgang. Mat Terabas langsung berlarian mengejarnya. Cebong yang tersungkur segara bangkit dan ikut juga mengejar.


XIII

Setelah memastikan suasana sepi, Jubai memberanikan diri keluar dari rumah. Dari raut wajahnya ia tampak snagat cemas. Bebarapa kali ia tegak duduk dari bangku, memandang sekeliling dengan cemas. Sampai akhirnya ia duduk di bangku depan rumahnya, dan menangis. Dari kejauhan terdengar suara orgen tunggal yang semakin keras. Jubai menangis sejadi-jadinya. Lalu suara orgen menghilang berbarengan dengan suara tawa Mat Terabas. Jubai buru-buru menghapus air matanya.

MAT TERABAS
(nafasnya tereengah-engah) Jubaiii.

JUBAI
(takut) Bas, aku minta jangan kau bunuh kami,Bas.

MAT TERABAS
Buyan kalo aku bunuh kau dengan anak itu.( memeluk Jubai) Bai…..

JUBAI
(sedikit taku) Ado apo, bas?

MAT TERABAS
(terisak)  Bai..si cebong pecah kepalanyo.

JUBAI
(terkejut) Ngapo biso cak itu, Bas.

MAT TERABAS
Dio di gebuk oleh soleman pake sento 57. Aku dak sempat nolong cebong kareno kau tecampak pas soleman nerajangke aku.

JUBAI
Sekarang solemannyo kemano?

MAT TERABAS
Dio lah belari ke tango buntung…aku dak mungkin ngejarnyo sampe kesano, kareno di tango buntung aku banyak musuh.

Terdengar suara tangisan bayi

MAT TERABAS
Bawa si kecik kedalem, Bai..kagek dio masuk angin

JUBAI
(melihat wajah Mat Terabas dengan cemas) Bas…

MAT TERABAS
Ngapo kau jingok aku cak taku nian, Bai?

JUBAI
Jadi cak mano nasib cebong..Bas??

MAT TERABAS
Apo boleh buat,Bai..dio mati di situlah…tapi itu lebih bagus, dari pado dio idup..bakal jadi masalh besak buat kito.

JUBAI
Sekarang kito harus cak mano,Bas?

MAT TERABAS
Kito harus merahasiake tentang hal ini.

Dari kejauhan terdengar suara teriakan Pak Husen yang semakin mendekat. Ia muncul bersamaaan Jubai yang membawa bayinya masuk kedalm rumah.

MAT TERABAS
Dak usah nak buat rebut disini, anak aku lagi sakit.

PAK HUSEN
Siapo yang nak buat rebut, aku cuma nak ngenjuk tahu  kalo kau di cari Pak Rt..kabarnyo si cebong mati.

MAT TERABAS
Ai diam lah dak usah banyak oceh. Aku nak ke beli obat anak aku dulu. (out)

PAK HUSEN
Bassss.. kato wong kau tadi bebala samo Soleman ye. Masalah apo, Bas?

MAT TERABAS
Dak usah banyak tanyo.. ku pecahke rai kau.

PAK HUSEN
Hemmmmmmmmmmmmm…siru..wong bento baek-baek, dio nak marah. Dasar setan. Baru punyo anak sikok bae ..siru nak matilah..apolagi kalo punyo anak selusin..

Suara tangis bayi semakin mengeras. Pak Husen mendekati rumah Mat Terabas. Lalu kemudian suara itu berhenti seketika dan tak lama kemudian terdengar suara teriakan Jubai.

SUARA JUBAI
Bangu…bangun..bangunnn..nakkkk

JUBAI
(berlari keluar) Terabassssssssssss..anak aku mattiiiiiiii ( keluar menuju arah Mat Terabas)

SELESAI


Adaptasi Ulang, 13 September 2013
Ical wrisaba

 
;